Kamis 20 Feb 2025 09:13 WIB

Kementan Investigasi Kasus Gejala Antraks di Gunungkidul

Tim BBVet Wates dan Dinas PKH Gunung Kidul telah melakukan desinfeksi kandang.

Petugas kesehatan hewan menyuntikkan vaksin antraks ke hewan ternak di Gedangsari, Gunungkidul, DI Yogyakarta, (ilustrasi)
Foto: ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah
Petugas kesehatan hewan menyuntikkan vaksin antraks ke hewan ternak di Gedangsari, Gunungkidul, DI Yogyakarta, (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (Kementan) Agung Suganda mengatakan pihaknya menerjunkan tim sebagai respons cepat untuk menelusuri atau investigasi terhadap adanya kasus gejala antraks di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta.

"Kementerian Pertanian serius menangani setiap kasus penyakit hewan menular yang muncul. Kami telah mengirimkan tim ke lokasi kasus untuk melakukan penelusuran, pengambilan sampel, dan penyuluhan kepada pemilik ternak," kata Agung, di Jakarta, Kamis.

Baca Juga

Dia menyampaikan Kementerian Pertanian sigap menangani satu kasus antraks yang terjadi di Desa Tileng, Kecamatan Girisubo, Gunungkidul. Agung menyampaikan bahwa Tim Balai Besar Veteriner (BBVet) Wates yang merupakan unit pelaksana teknis Kementerian Pertanian diterjunkan untuk melakukan investigasi kasus tersebut. Dirinya mengaku telah meninjau laboratorium BBVet Wates pada Selasa (18/2/2025).

Agung menambahkan tim BBVet Wates juga terus berkoordinasi dengan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kabupaten Gunungkidul dan meminta Dinas PKH berkoordinasi lintas sektor dengan Dinas Kesehatan setempat untuk melakukan pemantauan dan cek kesehatan pada pemilik ternak atau yang memiliki riwayat kontak dengan ternak sakit.

Kepala BBVet Wates Hendra Wibawa mengatakan tim BBVet Wates dan Dinas PKH Kabupaten Gunungkidul telah melakukan desinfeksi kandang secara menyeluruh pada kandang yang terdampak, untuk memastikan dekontaminasi kuman sehingga potensi penyebaran penyakit dapat dihilangkan.

"Ternak-ternak yang masih ada di kandang harus diisolasi, tidak boleh dikeluarkan, dan pembatasan akses keluar masuk, serta kandang terus dijaga biosekuritinya agar ternak tidak terpapar penyakit," katanya.

Dia menuturkan pengobatan antibiotik pada ternak yang sekandang telah dilakukan dan akan dilanjutkan vaksinasi antraks pada ternak tersebut setelah masa kerja/residu antibiotik berakhir. "Untuk di luar lokasi kasus, vaksinasi antraks dapat dilakukan secepatnya pada ternak-ternak yang sehat untuk mencegah penularan penyakit," kata Hendra pula.

Ia menambahkan sampai saat ini, tidak ditemukan penularan kasus pada ternak lain dan juga tidak ditemukan kasus klinis pada manusia. "Kementerian Pertanian akan terus melakukan pemantauan dan penanganan kasus antraks ini untuk mencegah penyebaran penyakit dan melindungi kesehatan hewan dan manusia," kata Hendra lagi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement