Senin 15 Aug 2016 17:25 WIB

Kinerja Perdagangan Anjlok Dinilai karena Industri RI Kalah Kompetitif

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Pekerja mengangkut karung biji kopi (green been) asal Gunung Puntang ke dalam truk kontainer untuk diekspor ke Maroko, Afrika Utara, di Desa Pasirhuni, Kecamatan Cimaung, Kabupaten Bandung, Rabu (22/6)
Foto: Republika/Umar Mukhtar
Pekerja mengangkut karung biji kopi (green been) asal Gunung Puntang ke dalam truk kontainer untuk diekspor ke Maroko, Afrika Utara, di Desa Pasirhuni, Kecamatan Cimaung, Kabupaten Bandung, Rabu (22/6)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Perdagangan Benny Soetrisno mengatakan, kinerja ekspor impor pada Juli 2016 masih turun karena industri di dalam negeri masih kurang kompetisi. Tingkat kompetisi industri nasional dibandingkan dengan negara lain di ASEAN masih kalah di sektor energi dan produktivitas tenaga kerja.

"Jam kerja kita hanya 40 jam per minggu, sedangkan Vietnam 48 jam per minggu dan gajinya sama kira-kira antara 250 dolar AS sampai 300 dolar AS. Selain itu, di Vietnam nggak ada gangguan serikat pekarja sehingga produtivitas lebih tinggi. Listrik dan logistik lebih juga murah," ujar Benny di Jakarta, Senin (15/8).

Menurut Benny, turunnya impor barang modal menunjukkan bahwa tidak ada investasi baru maupun ekspansi di industri manufaktur. Selain itu, hal tersebut juga menunjukkan bahwa utilisasi dari industri yang sudah ada juga ikut menurun.

‪Indonesia memiliki pangsa pasar cukup besar, tetapi sampai saat ini porsi produk nasional yang diserap masih belum signifikan. Benny mencontohkan, di sektor tekstil sekitar 30 persen diisi oleh produk impor, sedangkan produk-produk impor ilegal juga masih merajai pangsa pasar Indonesia. Benny mengatakan, untuk memperbaiki kinerja ekspor dan impor, pemerintah harus mengamankan pasar domestik terlebih dahulu.

"Di Kementerian Perdagangan ada Direktorat Pengawasan Barang Beredar, itu harusnya diaktifkan karena mereka yang jadi penyidik," kata Benny.

Selain itu, pelabuhan-pelabuhan besar yang ada di Indonesia seharusnya dapat menggunakan data elektronik untuk mengetahui jumlah arus barang yang masuk maupun keluar sehingga bisa meniadakan dwelling time. Selain itu, akses pasar ke luar negeri juga masih minim karena kemampuan diplomasi perdagangan Indonesia masih lemah.

 

Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani mengatakan, secara keseluruhan kinerja ekspor impor Indonesia menurun akibat permintaan turun dan kondisi perekonomian global yang belum membaik. Untuk meningkatkan kinerja ekspor impor, pemerintah perlu menggairahkan pertumbuhan sektor riil. Hariyadi berharap program tax amnesty dapat menjadi titik balik untuk menumbuhkan industri manufaktur di dalam negeri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement