Senin 20 Jun 2016 19:32 WIB

Mendag: Pemerintah Ingin Ubah Paradigma Bahwa Impor tidak Selamanya Buruk

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: M.Iqbal
 Empat truk kontainer melakukan bongkar muatan daging sapi impor di gudang Bulog, Jakarta, Kamis (9/6). (Republika/Tahta Aidilla)
Empat truk kontainer melakukan bongkar muatan daging sapi impor di gudang Bulog, Jakarta, Kamis (9/6). (Republika/Tahta Aidilla)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Menteri Perdagangan Thomas Lembong mengatakan, paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah merupakan upaya untuk melakukan reformasi kebijakan dan memberikan sinyal kepada dunia bahwa Indonesia telah mengubah strategi. Menurutnya, saat ini Indonesia sudah mulai terbuka kepada dunia internasional.

Thomas menjelaskan, salah satu perubahan tersebut, yakni mengenai impor. Hampir satu dekade Indonesia tidak terlalu nyaman dengan impor.

Menurut Thomas, pemerintah saat ini ingin mengubah paradigma bahwa impor tidak selamanya buruk. "Apalagi sebagian besar impor yang masuk, yakni bahan baku dan barang modal untuk industri," ujarnya di Jakarta, Senin (20/6).

Selain itu, rendahnya harga komoditas membuat Indonesia harus mengubah orientasinya ke produk yang bernilai tambah. Menurut Thomas, sektor manufaktur nasional harus mengikuti kebutuhan pasar di tingkat regional maupun global.

Kepala Perwakilan Bank Dunia di Indonesia Rodrigo Chavez mengatakan, beberapa prioritas kebijakan pemerintah dapat membantu meningkatkan daya saing manufaktur. Namun itu semua belum cukup.

Menurut Rodrigo, pemerintah dapat mempertimbangkan fokus dalam mendukung industri yang berorientasi ekspor. Kemitraan yang transparan dan strategus dengan sektor swasta merupakan hal yang penting.

Pemerintah Indonesia juga haris menjaga inflasi tetap rendah melalui investasi dalam produktivitas pertanian dan melalui penurunan hambatan perdagangan. Pada akhirnya akan mendukung pertumbuhan ekspor melalui pembatasan apresiasi kurs tukar valuta riil.

Dengan begitu, kenaikan belanja infrastruktur dan reformasi peraturan akan membantu meningkatkan daya saing.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement