Senin 06 Jun 2016 17:20 WIB

Menteri Perdagangan Sebut Penyebab Harga Daging Mahal tak Masuk Akal

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Nur Aini
Menteri Perdagangan Thomas Lembong. (Republika/ Wihdan)
Foto: Republika/ Wihdan
Menteri Perdagangan Thomas Lembong. (Republika/ Wihdan)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perdagangan, Thomas Lembong mengatakan ada banyak faktor dan penyebab harga daging di pasaran bisa melonjak tinggi. Namun, ia tidak bisa menjelaskan secara rigid faktor tersebut. Namun, salah satu harga menjadi tinggi karena proses distribusi dan logistik untuk menyediakan daging segar bagi para konsumen sangat sulit.

Lembong mengatakan, ada cerita panjang di balik harga daging yang melonjak tinggi. Namun, ia mengatakan ada indikasi baik, karena selama berapa kurun waktu ini ada kekakuan sistem yang akhirnya terbongkar dan bisa menjadi celah penyelesaian.

"Tapi saya gembira, karena saya merasa untuk pertama kalinya, dalam waktu yang panjang banyak kendala dan kekakuan itu terbongkar, terungkap," ujar Lembong di Kantor Mendagri, Jakarta, Senin (6/6).

Lembong mengatakan, ada banyak hal hal yang tak masuk akal dan faktor eksternal yang tidak masuk akal yang membelit produksi dan distribusi daging di pasaran. Selain itu, ia pun mengakui kekurangan dalam sistem pergudangan dan rantai pasok. Namun, hal tersebut akan diselesaikan dalam tiga termin.

Pertama, dalam jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Namun, yang terpenting menurut Lembong adalah memberi pemahaman kepada masyarakat untuk bisa sedikit demi sedikit beralih dari daging segar ke daging beku. Hal ini menurutnya, sangat membantu sekali. Sebab, jauh-jauh hari negara bahkan bisa membantu masyarakat dalam ketersediaan daging ini dengan harga yang lebih terjangkau.

"Kita sosialisasikan kebiasaan baru terhadap konsumen, kalau pertanyaannya harga daging tinggi, kebiasaan masyarakat harus daging segar tidak daging beku. Itu beban dan nggak masuk akal, karena untuk menyediakan daging segar logistiknya setengah mati. Daging segar nggak bisa distok, nggak bisa di gudang hal-hal ini harus disosialisasikan," ujar Lembong.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement