Jumat 01 Apr 2016 21:36 WIB

Akuisisi Newmont Diharap Beri Dampak Positif

  Sejumlah dump truk, mengangkut bebatuan hasil tambang PT. Newmont Nusa Tenggara (NNT) di Areal Tambang Batu Hijau, Kecamatan Sengkongkang, Sumbawa Barat, Kamis (18/12).(Republika/Raisan Al Farisi)
Sejumlah dump truk, mengangkut bebatuan hasil tambang PT. Newmont Nusa Tenggara (NNT) di Areal Tambang Batu Hijau, Kecamatan Sengkongkang, Sumbawa Barat, Kamis (18/12).(Republika/Raisan Al Farisi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --- Rencana pengambilalihansaham PT Newmont Nusa Tenggara (NNT) oleh perusahaan nasional PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) dinilai menjadi momentum tepat bagi bangsa Indonesia menjadi bangsa yang besar. Jika tidak dilakukan sekarang, pemerintah akan kehilangan kesempatan untuk menjadikan Indonesia sebagai negara manufaktur yang disegani di dunia.

Anggota Komisi VII DPR  Bidang Pertambangan dari Daerah Pemilihan Nusa Tenggara Barat (NTB) Kurtubi menyatakan, akuisisi saham Newmont oleh perusahaan nasional juga sejalan dengan kebijakan divestasi perusahaan pertambangan pemerintahan Presiden Joko Widodo yang mengharapkan ada transfer penguasaan sumber daya alam dari asing ke dalam negeri.

“Siapa pun yang membeli saham mayoritas yang dimiliki investor asing, bebas-bebas saja karena ini urusan korporasi semata, asal mendapat persetujuan dari pemerintah Indonesia,” katanya di Jakarta, Jumat (1/4).

Kurtubi berharap, pemilik baru nantinya akan dapat menambah dampak positif bagi Indonesia, khususnya masyarakat Pulau Sumbawa sebagai lokasi pertambangan Newmont. Dia mengusulkan agar Newmont dapat membangun smelter di Pulau Sumbawa sehingga memberikan dampak positif bagi perekonomian NTB karena akan menyerap banyak tenaga kerja.

“Medco juga diharapkan dapat menjual pasokan listrik ke PLN sehingga mengatasi pemadaman listrik di Pulau Sumbawa,” tuturnya.

Kurtubi melanjutkan, divestasi saham pertambangan dari investor asing kepada investor nasional akan dapat meningkatkan ketahanan energi nasional. Bila benar terjadi, transaksi penjualan antara Medco dengan PT Newmont Nusa Tenggara yang tidak gaduh, menunjukan bahwa proses penjualan saham mayoritas dalam sektor pertambangan tidak rumit. Transaksi tersebut bisa menjadi benchmark sekaligus preseden ideal serta studi kasus menarik dalam kasus divestasi perusahaan tambang yang ada di Indonesia.

"Perkembangan ini  sangat positif karena prosesnya sederhana dan bisa menjadi acuan kalau ada divestasi perusahaan tambang yang ada di Indonesia,” jelas Kurtubi.

Kabar perusahaan nasional mengakuisisi saham Newmont yang notabene perusahaan asal Amerika Serikat memang menjadi kabar baik bagi Indonesia. Selama ini, kepemilikan investor asing terhadap perusahaan pertambangan di Indonesia tetap dominan. Perusahaan asing belum terlalu terbuka untuk menggandeng investor nasional untuk bersama-sama mengeksplorasi kekayaan alam Indonesia. Untuk itu keputusan Newmont selaku investor global yang memiliki saham di PT NNT melalui Nusa Tenggara Partnership BV (NTP) sebanyak 56 persen menjadi contoh ideal bagi investasi perusahaan tambang di Indonesia.

Direktur Eksekutif Indonesia Resources Studies (IRESS) Marwan Batubara mengungkapkan hal senada. Menurutnya, transaksi ini sangat positif untuk mendukung kebijakan pemerintah dalam meningkatkan kemandirian ekonomi nasional. Dengan berkurangnya dominasi investor asing di sektor pertambangan, maka perusahaan nasional atau investor nasional dapat memaksimalkan peranannya di sektor tersebut.

“Sekarang ada swasta nasional yang mau membeli, ya kita dukung. Pada prinsipnya kalau swasta nasional semakin maju, ya kita juga senang. Mereka bisa bayar pajak di sini. Diolah di sini sebelum diekspor. Keuntungannya kan bisa diputar lagi di sini, kan artinya positif untuk rakyat,” katanya.

PT NNT di Pulau Sumbawa NTB memilikibeberapa area pertambangan, yaitu di Batu Hijau, Dodo, Rintih, dan Elang. Saat ini, area yang sudah dieksplorasi baru di area Batu Hijau yang mendapatkan izin kontrak karya pada tahun 1986 dengan cadangan diperkirakan mencapai 6,2 miliar pon tembaga atau 690 ribu ton emas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement