REPUBLIKA.CO.ID,WASHINGTON -- Bank Dunia memprediksi membaiknya harga minyak dunia akan lebih lambat dibandingkan penurunan harga yang terjadi 30 tahun lalu.
Bank pembangunan yang berbasis di Washington tersebut menurunkan perkiraan rata-rata harga minyak tahun ini di level 37 dolar AS per barel dari prediksi pada Oktober 51 dolar AS per barel.
Peneliti di Bank Dunia memprediksi harga minyak akan kembali membaik di kisaran 48 dolar AS per barel pada 2017 dan sekitar 51 dolar AS per barel pada 2018. Prediksi itu berdasarkan data perkiraan pasar komoditas.
Perkiraan tersebut mengindikasikan perbaikan harga minyak akan lebih lambat dibandingkan penurunan harga minyak yang dimulai pada 1985, saat OPEC menaikkan produksi serta periode krisis global 2008.
"Harga rendah untuk minyak dan komoditas akan tetap untuk sementara," ujar Ekonom Senior Bank Dunia John Baffes dikutip Bloomberg. Meski ada prospek kenaikan harga komoditas dalam dua tahun ke depan, dia menilai risiko penurunan harga tetap ada.
Harga minyak dunia jatuh 47 persen tahun lalu ke kisaran 51 dolar AS per barel. Minyak untuk pengiriman Maret diperdagangkan 30,83 dolar AS per barel, Selasa (26/1).
Harga minyak saat ini ternyata lebih murah dibandingkan dengan komoditas Salmon. Ekspor komoditas penting Norwegia, Salmon, menyentuh rekor harga tinggi karena pasokan rendah dan mata uang yang lemah.
Seperti yang diberitakan situs berita industri seafood iLaks.no bulan ini, harga minyak telah jatuh begitu rendah dan Salmon meningkat begitu tinggi. Sehingga salah satu standar, 4,5 kilogram ikan sekarang berharga lebih dari satu barel minyak mentah.