Selasa 24 Jun 2025 08:28 WIB

Trump Umumkan Gencatan Senjata Iran-Israel, Harga Minyak Langsung Anjlok

Kabar tersebut meredakan kekhawatiran pasar.

Pekerja melakukan pengecekan pompa angguk yang beroperasi di Lapangan Duri, yang merupakan salah satu lapangan injeksi uap terbesar di dunia di Blok Rokan, Riau.
Foto: ANTARA/Akbar Nugroho Gumay
Pekerja melakukan pengecekan pompa angguk yang beroperasi di Lapangan Duri, yang merupakan salah satu lapangan injeksi uap terbesar di dunia di Blok Rokan, Riau.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Harga minyak global merosot tajam pada Selasa (24/6/2025), menyusul pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bahwa Israel dan Iran telah sepakat melakukan gencatan senjata. Kabar tersebut meredakan kekhawatiran pasar terhadap potensi gangguan pasokan minyak di kawasan Timur Tengah.

Dikutip dari Reuters, minyak Brent turun sebesar 2,69 dolar AS atau 3,76 persen ke level 68,79 dolar AS per barel pada pukul 07.06 WIB, setelah sempat anjlok lebih dari 4 persen dan menyentuh titik terendah sejak 11 Juni.

Baca Juga

Sementara itu, minyak West Texas Intermediate (WTI) anjlok 2,70 dolar AS atau 3,94 persen ke posisi 65,46 dolar AS per barel, menyentuh level terendah sejak 9 Juni dan sempat melemah hingga 6 persen.

Dalam pernyataan pada Senin malam, Trump mengumumkan bahwa Iran dan Israel telah sepakat atas gencatan senjata penuh. Iran akan memulai gencatan terlebih dahulu, disusul oleh Israel dalam 12 jam. Apabila situasi damai dipertahankan oleh kedua pihak, maka konflik selama 12 hari ini akan resmi berakhir dalam 24 jam.

“Dengan adanya kabar gencatan senjata, kini kita melihat risk premium yang mendorong harga minyak pekan lalu mulai menguap,” ujar Tony Sycamore, analis dari IG.

Sebagai produsen minyak mentah terbesar ketiga di OPEC, pelonggaran ketegangan memungkinkan Iran meningkatkan ekspor minyaknya. Situasi ini juga mencegah terjadinya gangguan pasokan yang selama ini menjadi pemicu utama lonjakan harga dalam beberapa hari terakhir.

Kedua kontrak minyak sebelumnya sempat melejit ke level tertinggi dalam lima bulan, menyusul serangan AS ke fasilitas nuklir Iran yang meningkatkan kekhawatiran akan perluasan konflik Israel-Iran. Namun pada sesi perdagangan terakhir, keduanya mencatat penurunan lebih dari 7 persen.

Sycamore menambahkan bahwa secara teknikal, aksi jual semalam mempertegas lapisan resistensi kuat di kisaran 78,40 dolar AS (level tertinggi Oktober 2024 dan Juni 2025) hingga 80,77 dolar AS (level tertinggi sepanjang 2025). Ia menilai, hanya kejadian yang sangat tak terduga dan mengganggu pasokan global yang dapat mendorong harga minyak menembus batas tersebut.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement