Selasa 24 Jun 2025 11:09 WIB

Harga Minyak Bisa Naik Drastis, Bahlil: Mari Kita Berdoa tidak Bebani APBN

Salah satu strategi utama adalah meningkatkan lifting minyak secara agresif.

Rep: Frederikus Bata/ Red: Ahmad Fikri Noor
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESMD) Bahlil Lahadalia (kedua kiri).
Foto: BPMI Setpres
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESMD) Bahlil Lahadalia (kedua kiri).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia merespons potensi kenaikan harga minyak dunia seiring memanasnya konflik antara Israel dan Iran yang terus meluas. Beberapa analis memperkirakan harga minyak mentah global bisa menembus level di atas 100 dolar AS per barel. Angka tersebut jauh melampaui asumsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 yang ditetapkan sebesar 82 dolar AS per barel.

“Tentu semua pihak boleh membuat prediksi, karena ada banyak variabel yang mendasari. Tapi kita berdoa, jangan sampai ke sana, itu akan membebani APBN kita,” kata Bahlil di Jakarta, dikutip Selasa (24/6/2025).

Baca Juga

Ia menegaskan, jika skenario harga minyak tembus 100 dolar AS per barel benar-benar terjadi, pemerintah akan melakukan langkah konkret. Salah satu strategi utama adalah meningkatkan lifting minyak secara agresif.

“Mau tidak mau, kita harus total dalam rangka meningkatkan lifting. Tidak ada cara lain,” tegasnya.

Bahlil menyampaikan bahwa arahan Presiden Prabowo Subianto sangat jelas, yakni mendorong kemandirian energi nasional dan tidak terus bergantung pada pasokan luar negeri.

Saat ini, Indonesia memiliki sekitar 40 ribu sumur minyak dan gas bumi. Dari jumlah tersebut, hanya sekitar 16 ribu hingga 17 ribu sumur yang aktif berproduksi. Sisanya masih belum berproduksi dengan beragam kondisi teknis.

Pada 2024, realisasi lifting minyak nasional tercatat sebesar 580 ribu barel minyak per hari (barrel oil per day/BOPD). Dalam APBN 2025, target tersebut dinaikkan menjadi 605 ribu BOPD. Bahlil optimistis target tersebut bisa dicapai melalui berbagai inovasi dan optimalisasi sumur.

“Kami yakin, di 2025 target lifting APBN sebesar 605 ribu BOPD akan tercapai. Insya Allah akan naik,” tuturnya.

Untuk mencapai target tersebut, pemerintah tidak segan menegur Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang tidak melanjutkan eksplorasi usai menyelesaikan perencanaan (Plan of Development/PoD). Jika tidak kunjung ditindaklanjuti, pemerintah dapat mengambil alih dan menyerahkannya kepada investor lain yang lebih siap.

Selain itu, pemerintah mendorong penggunaan teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR) guna mengoptimalkan produksi dari sumur-sumur eksisting. Langkah strategis lain yang tengah dijajaki adalah kerja sama bilateral di sektor energi. Menurut Bahlil, potensi kolaborasi dengan negara lain seperti Singapura dan Rusia baru saja dibahas dalam kunjungan resmi, guna memperkuat ketahanan energi nasional secara berkelanjutan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement