Kamis 30 Jul 2015 23:44 WIB

Klaim Mentan Soal Peningkatan Produksi Kedelai Diragukan

Rep: Andi Nurroni/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Menteri Pertanian Amran Sulaiman.
Foto: Antara
Menteri Pertanian Amran Sulaiman.

REPUBLIKA.CO.ID, SIDOARJO — Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengklaim terjadi peningkatan produksi kedelai di Indonesia. Hal tersebut ia sampaikan ketika melakukan seremoni panen raya padi dan kedelai di Sidoarjo Jawa Timur, Kamis (30/7).

Menurut Amran, awal tahun ini, baik produksi padi, jagung maupun kedelai di Indonesia mengalami peningkatan. Padahal biasanya, menurut dia, saat produksi padi meningkat, produksi kedelai menurun karena dua jenis tanaman tersebut ditanam bergantian di ladang yang sama.

Bantuan penanaman kedelai untuk luas lahan 700 ribu hektare, menurut Amran, disiapkan pemerintah demi merangsang produksi kedelai. “Kami menerbitkan regulasi kepada pemerintah daerah dan Dinas Pertanian daerah agar bantuan tidak ditanam di lahan existing,” ujar dia.

Meski mengeluarkan klaim produksi kedelai meningkat, Amran sendiri tidak merinci berapa pencapaian jumlah produksi kedelai saat ini. Pernyataan Amran justeru tidak sejalan dengan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur yang menyebut bahwa jumlah petani, lahan dan produksi kedelai di Jawa Timur berangsur-angsur menurun. Sementara, Jawa Timur sendiri merupakan penyumbang 42 persen kebutuhan kedelai nasional.

Awal Juli lalu, BPS Jawa Timur melaporkan, berdasarkan data angka ramalan 1 (Aram 1) tahun 2015, produksi kedelai di Jawa Timur pada 2015 mencapai 345,68 ton biji kering. Jumlah tersebut, mengalami penurunan sebesar 9,87 ribu ton atau 2,75 persen dibandingkan tahun 2014. Penurunan disebabkan turunnya luas panen sebesar 7,78 ribu hektare atau 3,62 persen, dari sebelumnya 214,88 ribu hektare pada 2014, menjadi 207,10 ribu hektare pada 2015.

BPS Jawa Timur juga melaporkan, jumlah petani kedelai di Jawa Timur terus mengalami penyusutan dari tahun ke tahun. Menurut catatan BPS Jawa TImur, jika pada 2003 jumlah petani kedelai di Jawa Timur mencapai 417 ribu, pada 2015 jumlahnya hanya tinggal 296 ribu petani.

Dimintai tanggapan soal pernyataan Mentan yang bernada klaim, Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian Jawa Timur Nurfalakhi tidak bisa memberikan sanggahan. Ia berspekulasi, peningkatan diprediksi akan terjadi pada fase angka ramalan 2 (Aram 2) yang akan diterbiitkan 1 November mendatang.

Peningkatan, menurut Nurfalakhi, dipicu oleh terjadinya kekeringan. Karena kekeringan, menurut Nurfalakhi, banyak petani padi yang berpindah pada kedelai karena tanaman tersebut membutuhkan air jauh lebih sedikit. Meski begitu, Nurfalakhi juga mengaku belum memiliki data, berapa luas konversi lahan padi ke kedelai seperti yang ia maksud.

Konversi, menrut Nurfalakhi, juga dirangsang oleh adanya bantuan dari pemerintah. Ia merinci, di Jawa Timur, bantuan penanaman kedelai dialokasikan untuk lahan seluas 113 ribu hektar. Bantuan, menurut dia, berupa benih, pupuk dan pestisida atau total senilai Rp 1,7 juta per hektare.

“Gejalanya (konversi) sudah tampak. Petani tidak ingin gagal panen (padi), jadi pada beralih ke kedelai,” ujar dia, dijumpai ketika mendampingi Mentan di Sidoarjo.

Terjadinya konversi tanaman dari padi ke kedelai, seperti dijelaskan Nurfalakhi, secara tidak langsung semakin menguatkan keraguan atas pernyataan Menteri Pertanian bahwa produksi kedelai meningkat. Pasalnya, regulasi yang konon diterbitkan Mentan, agar bantuan penanaman kedelai dialokasikan untuk lahan baru, bukan lahan yang sudah ada (existing), jelas tidak terbukti.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement