REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kedatangan gelombang panas El Nino mengundang kekeringan di sejumlah lahan Indonesia. Data Kementerian Pertanian (Kementan) menyebut, setiap tahunnya ada sekitar 200 ribu hektar areal pertanaman terancam kekeringan dengan areal puso 25 ribu hektar. Melihat potensi tersebut, pemerintah mengaku telah melakukan langkah antisipasi sejak awal 2015.
"Tahun ini, kita target menekan kekeringan lahan pertanian di bawah 10 ribu hektare saja," kata Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman belum lama ini.
Amran bercerita, di Bojonegoro ia telah memberikan 300 unit pompa air secara langsung. Hal serupa dilakukannya untuk wilayah Jawa Tengah di antaranya Pati, Demak dan Grobokan. Di Jawa Barat, potensi lahan kering tercatat mencapai 11 ribu hektare. Merespons hal tersebut, pemerintah telah menyalurkan pompa air ke sejumlah daerah penghasil pertanian seperti Cirebon dan Indramayu.
Lebih lanjut, Sekretaris Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (Dirjen PSP) Kementan Abdul Madjid pada Ahad (19/7) menyebut, antisipasi Kementan menghadapi kekeringan yakni mengembangkan embung atau dam parit sebanyak seribu unit di daerah rawan kekeringan.
Berdasarkan perhitungannya, Indonesia memiliki luas tambah tanam 2015 mencapai 400 ribu hektare. Dengan jumlah tersebut, maka meskipun El Nino atau puso berdampak pada rusaknya lahan pertanian seluas di atas 10 ribu hektare, tidak akan terlalu mengkhawatirkan bagi persediaan bahan pangan nasional.