Selasa 26 Mar 2013 20:00 WIB

Impor Satu Bulan Sebelum Panen Dinilai Bisa Hambat Kartel

Rep: Meiliani Fauziah/ Red: Djibril Muhammad
pengamat pertanian dari Universitas Lampung, Bustanul Arifin
Foto: rri.co.id
pengamat pertanian dari Universitas Lampung, Bustanul Arifin

REPUBLIKA.CO.ID, Jakarta -- Pengamat mengusulkan pembukaan keran impor produk pangan dilakukan satu bulan sebelum panen. Selanjutnya, keran impor baru boleh dibuka kembali dua bulan setelah panen.

Cara ini dinilai efektif guna mengantisipasi banjir produk impor dan mencegah praktik kartel. "Ini untuk menghindari impor yang semakin gila," ujar pengamat pertanian dari Universitas Lampung, Bustanul Arifin, Selasa (26/3). 

Tanpa perencanaan waktu yang baik, pengaturan importasi bisa menjadi bumerang bagi petani domestik. Ia juga mendorong agar produksi di sektor hulu dibenahi. Kalau di sektor hulu berjalan dengan baik, kemungkinan pembentukan kartel akan kecil.

Pembentukan kartel, menurut dia, juga bisa diantisipasi dengan menyebarkan informasi mengenai harga komoditas pangan. Dengan informasi ini, masyarakat bisa waspada terhadap harga yang fluktuatif. "Dulu pernah ada dan saya rasa efektif," ujarnya. 

Terakhir, praktik kartel bisa dicegah dengan pembenahan administrasi perdagangan. Ia mengusulkan pemberlakukan tanda daftar gudang. Bahkan di Kementerian Perdagangan sekalipun, ia yakin belum menaruh perhatian terhadap tanda ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement