REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah masih bertekad untuk mencapai swasembada kedelai pada 2014. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan semangat petani kedelai menanam harus diupayakan dengan adanya harga referensi kedelai.
"Kita beli pada harga tertentu sekitar Rp 7.000 per kilo, sehingga nilai tukar petani cukup," tutur Hatta seusai memimpin rapat koordinasi di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Rabu (30/1). Selain menguntungkan petani, harga referensi diharapkan akan menguntungkan perajin bahan makan berbahan baku kedelai.
Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi menyatakan harga referensi itu serupa dengan harga patokan ekspor pada komoditas minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO). Dengan demikian, harga tersebut akan mengikuti dinamika harga kedelai di pasaran.
Terkait besaran harganya, Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso menyebut angkanya masih didiskusikan. Namun, Sutarto menyebut berbagai pihak terkait mengusulkan agar harga referensi berada di kisaran Rp 7.000. "Bisa lebih, bisa kurang. Tergantung situasi," ujarnya.
Lebih lanjut, Hatta mengatakan Bulog dan setiap importir akan diwajibkan untuk membeli kedelai produksi petani. Sedangkan untuk kekurangan stok kedelai nasional, masih akan dipenuhi melalui impor oleh importir terdaftar yang diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag).