Selasa 15 Jul 2025 16:15 WIB

Ekonomi Indonesia Tumbuh Stabil, Sri Mulyani Tegaskan Peran Penting APBN

Dampak APBN terasa dari penurunan kemiskinan hingga pengangguran terbuka.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Friska Yolandha
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati.
Foto: BPMI Setpres
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan pemerintah berhasil menekan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024 menjadi hanya 2,3 persen dari produk domestik bruto (PDB). Ia menekankan pengelolaan utang negara dilakukan secara hati-hati di tengah tekanan global dan lonjakan harga komoditas.

“Keseimbangan primer juga mendekati netral atau bahkan positif, dengan defisit hanya sebesar Rp 20,7 triliun, jauh di bawah target APBN 2024 sebesar Rp 43,7 triliun,” ujar Sri Mulyani dalam Rapat Paripurna DPR RI, saat menyampaikan tanggapan pemerintah atas pandangan fraksi-fraksi terhadap RUU Pertanggungjawaban atas Pelaksanaan APBN 2024 Selasa (15/7/2025).

Baca Juga

Ia mengungkapkan, sepanjang 2024 perekonomian dihadapkan pada tekanan geopolitik, ketidakpastian global, serta gangguan iklim. Harga minyak mentah dunia melambung hingga 91,2 dolar AS per barel, jauh di atas asumsi APBN yang sebesar 80 dolar AS per barel.

Kondisi tersebut memicu tekanan harga dan depresiasi nilai tukar rupiah hingga mencapai Rp 16.486 per dolar AS dari sebelumnya sekitar Rp 16.000. Gejolak pasar juga berdampak pada pasar modal dan inflasi. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat turun ke level 6.726, sementara inflasi melonjak ke 10,3 persen pada Maret 2024.

Meski demikian, pemerintah tetap menjaga peran APBN sebagai penyangga ekonomi. Penerimaan negara sempat menurun 6,2 persen pada semester I 2024, namun belanja negara meningkat 11,3 persen, termasuk untuk menjaga stabilitas harga pangan dan penyaluran bantuan sosial.

“Belanja yang responsif dan fleksibel bertujuan melindungi masyarakat dari tekanan inflasi akibat kenaikan harga pangan dan ketidakpastian global,” ucap Sri Mulyani.

Ekonomi Indonesia tetap tumbuh positif di angka 5,03 persen, ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang stabil di 4,94 persen dan pertumbuhan investasi sebesar 4,61 persen.

Inflasi tahunan berhasil ditekan hingga 1,6 persen, jauh di bawah target APBN sebesar 2,8 persen. Pemerintah juga mencatatkan penurunan angka kemiskinan dari 9,03 persen (Maret 2024) menjadi 8,57 persen (September 2024). Kemiskinan ekstrem turun ke 0,83 persen dan tingkat pengangguran terbuka turun ke 4,91 persen pada Agustus 2024.

“Ini menunjukkan bahwa apabila APBN digunakan secara efektif, selektif, dan hati-hati, Indonesia akan terus mampu menjaga stabilitas dan melindungi kelompok masyarakat paling rentan,” tegasnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement