Jumat 07 Dec 2012 14:26 WIB

Operator Blok Gas Mahakam Ditentukan Tahun Depan

Rep: Sefti Oktarianisa/ Red: Fitria Andayani
Kilang LNG Badak NGL
Foto: antara
Kilang LNG Badak NGL

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Persoalan tentang siapa pemegang Blok Mahakam sepertinya bakal menemukan titik terang. Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rudi Rubiandini menegaskan operator blok gas di Kalimantan Timur itu segera diputus 2013 nanti.

"Mata saya ada dua, tangan saya ada dua. Jadi tidak bisa semuanya saya kerjakan sekarang," tegasnya pada wartawan, Jumat (7/12). Karena itu, ia mengatakan persoalan Mahakam ini akan segera diselesaikan pihaknya setelah pembahasan Blok East Natuna di Kepluauan Riau kelar diselesaikan Desember ini. Lagipula, soal East Natuna lebih mendesak dibanding Mahakam karena perjanjian konsorsium akan selesai 10 Desember ini. 

Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Alam (ESDM) menegaskan Pertamina pasti akan menjadi operator Blok Mahakam. Kontrak dengan perusahaan Prancis Total EP indonesie tak akan diperpanjang. Namun karena peran Total masih dibutuhkan, perusahaan itu akan diberi hak partisipasi 30 persen. Sedangkan hak partisipasi dominan sebesar 51 persen lebih diberikan ke Pertamina.

Tapi sayangnya belum ada legalitas atas keputusan tersebut. Karena masa kontrak Total di Indonesia baru akan berakhir 2017 nanti, pemerintah belum akan membuat keputusan resmi sekarang. Total mengikat perjanjian kontrak produksi bagi hasil (production sharing contract/PSC) dengan Pemerintah Indonesia 31 Maret 1967. Kontrak pertama itu berakhir pada 31 Maret 1997. 

Total mendapat perpanjangan 20 tahun sampai 2017.  Dari blok ini Total mendapatkan gas per hari dari blok ini mencapai 1.915 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) dan minyak 67.478 barrel minyak per hari. Blok ini menyumbang hingga 80 persen gas yang diolah di LNG Badak di Bontang, Kalimantan Timur. Ini untuk memenuhi kontrak penjualan gas dengan Jepang, Taiwan, dan Korea Selatan.

Blok Mahakam dipercaya memiliki cadangan tersisa 12,7 triliun kaki kubik (TCF) gas dari seluruhnya 27 TCF. Sebanyak 13,5 TCF sudah disedot keluar oleh Total dan menghasilkan pendapatan kotor sebanyak lebih dari 100 miliar dolar AS.

Sementara itu, Direktur Pertamina Karen Agustiawan menegaskan pihaknya masih harus  mempresentasikan kemampuan mengelola Blok Mahakam kepada Menteri ESDM. "Kami akan presentasi kemampuan baik teknis maupun finansial," katanya.  Menurut dia, pihaknya siap jika diminta pemerintah mengelola Mahakam pasca-2017. Namun, sejumlah  proyek yang membutuhkan dana besar tetap menjadi pertimbangan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement