Senin 22 Oct 2012 15:29 WIB

Laba Bersih BNI Capai Rp 5,04 Triliun

Rep: Nur Aini/ Red: Djibril Muhammad
Direktur Utama BNI, Gatot M Suwondo
Direktur Utama BNI, Gatot M Suwondo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk membukukan laba bersih sebesar Rp 5,04 triliun pada kuartal tiga 2012. Laba tersebut naik 24,5 persen dari Rp  4,1 periode yang sama 2011. Laba tersebut disumbang pendapatan operasional yang tumbuh 12,1 persen dari Rp 15,13 triliun menjadi Rp 16,9 triliun pada September 2012.

Peningkatan pendapatan operasional bersumber dari pendapatan bunga bersih yang naik 19 persen dari Rp 9,4 triliun menjadi Rp 11,2 triliun pada kuartal tiga 2012. "Perbaikan pendapatan tidak hanya berasal dari layanan perbankan konvensional seperti kredit tetapi juga layanan ekstra seperti cash management hingga trade finance," ujar Direktur Utama BNI, di Jakarta, Senin (22/10). 

Pendapatan non bunga BNI juga tumbuh sebesar 0,6 persen dari Rp 15,1 triliun menjadi Rp 15,7 triliun. Pendapatan non bunga yang berasal dari komisi dan provisi mampu naik dari 31,8 persen menjadi 38 persen. Meski hanya naik tipis, Gatot menilai pendapatan non bunga dari pendapatan berbasis biaya (fee based income) berpeluang melonjak ke depan.

"Kami memperbaiki e-channel dan jumlah rekening juga naik dari 12 juta menjadi 14 juta yang nantinya akan menaikkan fee based income," ungkapnya. 

Hingga kuartal ketiga 2012, BNI menyalurkan kredit sebesar Rp 184,4 triliun yang naik 14,8 persen dari periode sebelumnya sebesar Rp 160,7 triliun. Penyaluran kredit BNI masih didominasi kredit korporasi yang mencapai 35,1 persen dari total kredit.

Nilai kredit korporasi tersebut mencapai Rp 64,7 triliun, naik 6,2 persen dari Rp 60,9 triliun pada September 2011. Kredit konsumer tumbuh paling tinggi sebesar 31,3 persen dari Rp 28,7 triliun menjadi Rp 37,7 triliun pada September 2012. Nilai kredit tersebut mencapai 20,5 persen dari total kredit BNI.

Adapun, kredit untuk pelaku usaha menengah tumbuh sebesar 21,8 persen dari Rp 26,8 triliun menjadi Rp 32,7 triliun. Sementara, kredit ke sektor usaha kecil tumbuh 17,8 persen dari Rp 28,2 triliun menjadi Rp 33,2 triliun. 

Penurunan kredit terjadi pada kredit internasional BNI yang sebelumnya sebesar Rp 7,05 triliun menjadi Rp 6,34 triliun atau turun 10,1 persen. Hal itu mendorong penurunan pada rasio kredit terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) atau Loan to Deposit Ratio (LDR) dari 78,3 persen pada kuartal tiga 2011 menjadi 76,8 persen pada September 2012. 

Gatot mengatakan pihaknya menurunkan kredit berdenominasi dolar dan di sisi lain menaikkan kredit dalam rupiah. Angka LDR dalam denominasi dolar meningkat 4 persen dari 78 persen menjadi 82 persen. Sementara, angka LDR kredit dolar turun hingga 30 persen dari 83 persen menjadi 53 persen pada kuartal ketiga 2012. 

Sedangkan untuk nilai DPK yang dihimpun BNI mencapai Rp 238,9 triliun, naik dari sebelumnya Rp 204,4 triliun. Nilai DPK tersebut didominasi dana murah atau sebesar 64 persen dari total DPK. Tabungan BNI naik dari Rp 66,9 triliun menjadi Rp 83,3 triliun. Kenaikan dana murah menekan biaya dana dari 3,5 persen pada kuartal tiga 2011 menjadi 2,8 persen pada kuartal tiga 2012. 

Kinerja keuangan BNI hingga kuartal tiga 2012 mampu membukukan aset sebesar Rp 310,4 triliun, naik 15,6 persen dari Rp 268, 4 triliun pada periode yang sama 2011. Selain pertumbuhan kredit, kenaikan aset disumbang peningkatkan portofolio BNI pada obligasi negara dari Rp 33 triliun

menjadi 40 triliun pada kuartal tiga 2012 (year to year). Adapun, rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) meningkat dari 16,7 persen menjadi 17,1 persen.   

Direktur BNI, Yap Tjay Soen menambahkan kenaikan laba juga disumbang dari penurunan beban pencadangan (provision expence) dari Rp 2,48 triliun menjadi Rp 2,2 triliun pada kuartal tiga 2012. "Beban pajak juga menurun dari 25 persen menjadi 20 persen," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement