REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA---Sinergi antar bank pemerintah (BUMN) dinilai masih kurang dalam industri perbankan di tanah air. Akibatnya, efisiensi perbankan belum dapat ditingkatkan.
“Ada bank pemerintah yang bunuh-bunuhan satu sama lain, bersaing di pasar yang sama, ATM juga sendiri-sendiri, “ ungkap Deputi Gubernur BI, Muliaman D Hadad, baru-baru ini.
Menurut dia, efisiensi di industri perbankan tanah air bisa dilakukan dengan kerjasama infrastruktur. Hal itu akan menekan biaya operasional, mengingat rasio Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) perbankan di Indonesia masih tinggi yakni sebesar 80,11 persen. “Kalau (kerjasama) itu bisa diperbaiki, bisa sangat tinggi efisiensi yang bisa dilakukan, “ ujar dia.
Perbaikan di bank pemerintah dinilainya akan memperbaiki kinerja industri perbankan nasional. Hal ini lantaran bank pemerintah masih menjadi penentu tren perbankan di tanah air. Fluktuasi suku bunga di pasar masih ditentukan perilaku bank pemerintah.
Muliaman menilai perbankan Indonesia memiliki daya tarik yang kuat secara domestik. “Bank pemerintah masih menjadi lokomotif perbankan di Indonesia, “ ujarnya. Namun, tingkat daya saing perbankan nasional masih lemah untuk masuk ke pasar luar negeri.
Kondisi perbankan nasional tersebut, ujarnya, menjadi tantangan dalam liberalisasi keuangan di tingkat kawasan. Perbankan di Indonesia dinilai harus memperkuat diri untuk memperkecil kesenjangan dengan perbankan satu kawasan. Hal ini agar perbankan Indonesia mampu bersaing dengan bank asing di pasar perbankan domestik.