Rabu 20 Oct 2010 18:45 WIB

Cina Naikkan Suku Bunga, Harga Minyak Merosot

REPUBLIKA.CO.ID,NEW YORK--Harga minyak merosot pada Selasa waktu setempat, karena dolar "rebound" (berbalik naik) terhadap mata uang utama dan setelah Cina bergerak menaikkan suku bunga untuk mengatasi inflasi dan harga properti yang melonjak. Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman November merosot 3,59 dolar AS menjadi menetap pada 79,49 dolar per barel.

Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Desember ditutup 3,27 dolar lebih rendah pada 81,10 dolar. Harga minyak mentah New York telah naik tajam pada Senin akibat kekhawatiran bahwa pemogokan yang berlangsung di Prancis akan mengganggu pasokan di Eropa. "Ini adalah semua tentang dolar," kata analis Rich Ilczyszyn dari Lind-Waldock.

"Kami memiliki pembalikan di pasar modal, sehingga menetapkan panggung untuk dolar menemukan sebuah posisi paling bawah, kemudian kami memiliki berita bahwa China menaikkan suku bunganya, yang mengguncang sistem ... Jika China melambat ekonominya, harga komoditas turun," katanya.

Dolar merosot minggu lalu ke dekat terendah sembilan bulan terhadap euro, dan sebuah nadir 15 tahun terhadap yen, setelah Federal Reserve AS mengisyaratkan dapat mengimplementasikan tindakan pelonggaran moneter lebih untuk menopang pemulihan yang goyah. Bank sentral Cina mengatakan Selasa, akan menaikkan acuan suku bunga pinjaman satu tahun dan suku bunga simpanan masing-masing sebesar 25 basis poin.

Kenaikan tingkat suku bunga pertama dalam hampir tiga tahun itu mengguncang pasar mata uang global dan keluar menjelang data kunci pekan ini yang diperkirakan menunjukkan ekonomi terbesar kedua dunia itu terus melambat dalam kuartal ketiga.

The People`s Bank of China mengatakan akan menaikkan suku bunga pinjaman yuan satu tahun menjadi 5,56 persen dari 5,31 persen, dan tingkat suku bunga deposito yuan satu tahun menjadi 2,5 persen dari 2,25 persen. Kenaikan ini akan berlaku mulai Rabu, bank sentral mengatakan dalam pernyataannya.

sumber : ant/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement