Rabu 16 Feb 2011 06:33 WIB

Harga Minyak Merosot Setelah Melambung di Atas 104 Dolar

REPUBLIKA.CO.ID,NEW YORK--Harga minyak berakhir lebih rendah pada Selasa waktu setempat setelah diperdagangkan naik di sebagian besar sesi, dengan kesenjangan (perbedaan) harga antara London-New York sedikit menyempit. Kontrak utama WTI (West Texas Intermediate) atau minyak mentah jenis light sweet untuk pengiriman Maret di New York Mercantile Exchange kehilangan 49 sen menjadi 84,32 dolar AS setelah diperdagangkan naik mencapai hampir 86 dolar selama hari perdagangan.

Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Maret melonjak melewati 104 dolar -- tingkat tertinggi sejak 26 September 2008 -- sebelum mundur kembali menjadi berakhir turun 1,44 dolar pada 101,64 dolar. "Serangkaian protes di seluruh Timur Tengah, serta kenaikan angka perdagangan China, mendorong Brent melewati puncak Februari dan di atas 104 dolar pada perdagangan sore hari pada Senin," kata analis komoditas VTB Capital, Andrey Kryuchenkov.

Tetapi analis mengatakan, kemunduran harga Brent didukung oleh pelemahan umum di pasar.

"Pasar sudah terlalu lama untuk istirahat," kata kelompok Kilduff dalam catatan untuk kliennya.

"Gerakan ke arah penurunan ini mungkin terus berlanjut, kecuali pecahnya gejolak geopolitik di kawasan penghasil minyak. Jika tidak, grafik masih menyajikan sangat bearish," kata mereka.

Harga telah ditekan naik oleh penyebaran protes anti-pemerintah ke kawasan kaya minyak Timur Tengah, menyusul penggulingan Presiden Mesir Hosni Mubarak pekan lalu.

Natixis mengatakan bahwa produksi yang lebih tinggi oleh OPEC juga telah mengurangi tekanan naik. "Selama dua bulan terakhir, produksi Saudi telah meningkat 167.000 barel per hari, sedangkan produksi (Uni Emirat Arab) naik 107.000 barel per hari," katanya dalam sebuah kajian pasar.

Pedagang akan melihat pekan ini tingkat stok minyak dan produk minyak AS yang telah berkumulasi mantap selama beberapa minggu. Tumpukan kenaikan cadangan WTI di pusat perdagangan utama di Cushing, Oklahoma telah menjadi penyebab utama rekor perbedaan harga yang lebar antara WTI dan Brent.

sumber : antara/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement