Jumat 15 Oct 2010 17:36 WIB

Harga Minyak Merosot Setelah Keputusan OPEC

REPUBLIKA.CO.ID,NEW YORK--Harga minyak di New York turun pada Kamis waktu setempat, setelah OPEC memutuskan untuk mempertahankan target produksi dan berita mengejutkan penurunan cadangan minyak mentah di Amerika Serikat, konsumen minyak terbesar di dunia. Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman November, merosot 32 sen menjadi 82,69 dolar per barel setelah sebelumnya mencapai 84,12 dolar karena nilai mata uang Amerika Serikat merosot terhadap euro dan yen.

Minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan November, turun 11 sen menjadi 84,53 dolar.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) mempertahankan target produksi minyak resmi tidak berubah pada Kamis, sesuai dengan harapan dalam menghadapi sebuah prospek ekonomi yang tidak menentu, setelah pertemuan di Wina. "Pertemuan OPEC datang sesuai ekspektasi luas tanpa ada kejutan untuk pasar minyak, jadi harga minyak mentah masih wajar tidak berubah," kata analis Sucden Myrto Sokou.

OPEC, yang memompa 40 persen dari minyak dunia, setuju untuk menjaga target sebesar 24,84 juta barel per hari, saat presiden Wilson Pastor-Morris dari Ekuador mengatakan kepada wartawan setelah pertemuan di kantor pusatnya. Juga pada Kamis, Departemen Energi (DoE) AS menunjukkan Cadangan minyak mentah menurun 400.000 barel pekan lalu, mengalahkan ekspektasi pasar untuk kenaikan sebesar 1,2 juta barel.

DoE menambahkan bahwa cadangan bensin merosot 1,8 juta barel, yang lebih berat dari ekspektasi untuk penurunan 1,4 juta barel.

Dan sulingan, yang termasuk diesel dan bahan bakar pemanas, turun 300.000 barel. Yang jauh lebih ringan dari prediksi untuk penurunan sebesar 1,5 juta. "Angka ini cukup bervariasi dengan penarikan besar di stok bensin tetapi kecil dalam penurunan persediaan minyak mentah dan distilat. Jadi, gambaran fundamental secara umum tampak masih lemah," tambah Sokou.

Dalam transaksi awal pada Kamis, pasar minyak telah melambung tinggi karena pedagang telah mengikuti dolar yang terus melemah dan menilai prospek permintaan energi global.

sumber : ant/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement