REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Bank Indonesia (BI) berpendapat jika masalah kecukupan suplai bahan pangan bisa dijamin, maka tidak perlu ada perubahan kebijakan moneter. Termasuk BI rate. ‘’Kita harus lihat dulu sumber inflasinya. Kalau memang yang perlu di-address adalah faktor lain (seperti) kelompok makan dan sebagainya, harus ada kebijakan lain yang meng-address itu,’’ kata Deputi Gubernur BI Hartadi A Sarwono, Rabu (1/9).
Jika kebijakan itu masih dianggap kurang, tambah dia, barulah ada kemungkinan ditempuh kebijakan moneter, termasuk kemungkinan penyesuaian BI rate. Namun Hartadi mengingatkan bahwa BI rate bukan satu-satunya kebijakan untuk perang inflasi yang dipicu bahan makanan.
‘’Tapi kalau kebijakan lain sudah bisa meng-address faktor inflasinya, ya kemungkinan monetary policy kami anggap masih OK,’’ ujar Hartadi. Inflasi bulanan yang sudah memperlihatkan tren turun, kata dia, akan terus dipantau kecepatan penurunannya oleh BI.
Hartadi mengingatkan inflasi Agustus 2010 memang sudah lebih rendah daripada Juli 2010, tetapi masih relatif tinggi. ‘’Meskipun turun, year on year (dibandingkan setahun lalu, red) masih tetap tinggi. (Hitungan BI) sekitar 6,7 persen,’’ kata dia. Apalagi, masih ada Lebaran dan akhir tahun, yang di tahun-tahun sebelumnya selalu mendongkrak inflasi.
Penurunan baru terjadi di inflasi bulanan, di kisaran 1 persen untuk Agustus 2010, lebih rendah dari 1,57 persen di Juli 2010. Data inflasi BI tak selalu persis dengan angka inflasi yang dilansir Badan Pusat Statistik (BPS), karena beberapa perbedaan data acuan.
Gubernur BI Darmin Nasution mengatakan beberapa langkah dan kebijakan yang dikeluarkan BI bertujuan menurunkan angka inflasi. Karena, kata dia, selama inflasi tetap tinggi maka pada akhirnya suku bunga kredit tak akan pernah turun juga. ‘’Karena cost of fund, karena cost of loanable fund yang tinggi,’’ kata dia seusai pelantikan dirinya menjadi Gubernur BI, Rabu (1/9).
Darmin tak menampik ada kemungkinan inflasi 2010 akan meleset dari sasaran yang dipatok BI pada kisaran 5 plus minus 1 persen. ‘’Mungkin tahun ini berisiko di atas itu,’’ kata dia. Menurut dia, sasaran 5 plus minus 1 persen saja sebenarnya sudah terlalu tinggi jika dibandingkan dengan negara tetangga. Sasaran yang ingin dicapai BI adalah secara bertahap menurunkan angka inflasi menjadi kisaran 4 plus minus 1 persen.