Kamis 20 Mar 2025 14:42 WIB

Keluhkan Harga Kelapa Melambung, Pedagang: Naik Sejak Prabowo Dilantik 

Kenaikan harga kelapa sudah terjadi sejak Oktober 2024.

Rep: Eva Rianti/ Red: Gita Amanda
Pedagang kelapa di Pasar Gondangdia, Jakarta Pusat, mengeluhkan harga kelapa yang melambung, Kamis (20/3/2025).
Foto: Eva Rianti/Republika
Pedagang kelapa di Pasar Gondangdia, Jakarta Pusat, mengeluhkan harga kelapa yang melambung, Kamis (20/3/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para pedagang kelapa mengeluhkan harga kelapa mengalami kenaikan tajam hingga 50 persen dalam beberapa bulan terakhir. Diduga, penyebab melambungnya harga komoditas tersebut karena pasokan yang menipis akibat banyak diekspor.

"Sekarang penjualannya Rp 15.000 per butir, normalnya Rp 10.000 per butir. Kan kelapanya diekspor ke luar. Harga Rp 15.000 ini yang saya ingat sejak Prabowo dilantik," ujar salah satu pedagang kelapa, Subroto (50 tahun), saat ditemui Republika di Pasar Gondangdia, Jakarta Pusat, Kamis (20/3/2025). 

Baca Juga

Berdasarkan penuturannya tersebut, artinya kenaikan harga kelapa sudah terjadi sejak Oktober 2024, alias lima bulan yang lalu. Sejak saat itu, Subroto mengaku pasokan kelapa dari Lampung cukup terganggu, dan ada 'permainan' harga.

"Kendala harga. Dari segi pemasokan iya juga karena kelapa diekspor. Kalau nggak diekspor kan banjir, jadi murah. Kelapa kan kekurangan di negara sini," ujarnya. 

Ia berujar, modal membeli kelapa sudah sangat tinggi saat ini, yakni sekitar Rp 11.500 per butir, padahal sebelumnya berada di kisaran Rp 5.000 sampai Rp 6.000 per butir. Sehingga mustahil jika dengan modal yang tinggi itu, ia tetap menjual dengan harga normal Rp 10.000 per butir. Walhasil para pedagang kelapa mau tidak mau menjualnya dengan harga lebih tinggi pula. 

Subroto menyampaikan, jika pemerintah tidak melakukan apa-apa untuk segera menstabilkan harga, kemungkinan besar harga kelapa bakalan terus menanjak. Terlebih saat ini merupakan momen Ramadhan, dan menjelang Lebaran Idulfutri 1446 Hijriyah. 

"Saya prediksi nggak bakalan turun harganya, karena kelapa jarang turun. Makin ke sini makin tinggi. Makin susah. Menjelang Lebaran masih naik lagi, kemungkinan Lebaran mulai H-1 bisa Rp 20.000 sampai Rp 25.000 per butir," jelasnya. 

Pembeli mengeluh, penjualan menurun 

Subroto mengungkapkan para pembeli atau pelanggannya mengeluh akibat harga kelapa yang tinggi. Di momen Ramadhan ini, keluhan terutama datang dari para pedagang yang menjalankan usaha mikro, seperti berjualan kue, lontong sayur, atau kolak dan semacamnya, yang menjadikan kelapa sebagai salah satu bahan dasarnya. 

"Masih ada yang beli, namanya butuh, cuman banyak yang ngeluh kemahalan. Dulu nggak segitu, paling Rp 10.000, Rp 9.000 masih dibeli kan masih ada untungnya," kata Subroto. 

Ia juga mengaku terjadi penurunan volume jumlah kelapa yang dibeli oleh para konsumen akibat harga yang tinggi. Menurutnya, pembeli menjadi berpikir ulang untuk membeli kelapa, di tengah banyaknya kebutuhan pangan lainnya. 

"Jumlah kelapa yang biasa dijual berkurang dari biasanya 100 butir, paling jadi 50 sampai 75 butir," ungkapnya. 

Subroto berharap pemerintah segera memberikan perhatian dan tindakan dalam menyikapi tingginya harga kelapa dan pasokan yang terganggu. "Harapannya, distandarin lagi biar harga normal lagi," ujarnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement