Sabtu 14 Aug 2010 04:21 WIB

Tiga BUMN Sekuritas Jadi Underwriter IPO Garuda

Rep: Citra Listya Rini/ Red: Krisman Purwoko

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Kementerian BUMN akhirnya mengumumkan secara resmi tiga nama penjamin emisi atau underwriter penawaran saham perdana PT Garuda Indonesia. Adapun ketiga nama underwriter tersebut adalah PT Bahana Sekuritas, PT Mandiri Sekuritas, dan PT Danareksa sekuritas.

"Kami menunjuk ketiga sekuritas ini menangani IPO (Initial Public Offering) Garuda. Ketiganya itu konsorsium dan akan mencari mitranya masing-masing," kata Menteri BUMN Mustafa Abubakar kepada wartwan di Kantor Kementerian BUMN, Jumat (13/8).

Ketiga BUMN sekuritas itu, lanjut Mustafa, nantinya akan mengkaji pelaksanaan IPO Garuda lebih mendalam. Mulai dari prosentase kepemilikan investor asing dan lokal atas saham Garuda. Saat ini, berapa besaran komposisi saham tersebut belum didapatkan. Pasalnya, Mustafa menyampaikan hal itu harus menunggu kajian dari underwriter Garuda. "Persentasi sahamnya masih dihitung (underwriter). Diharapkan bulan ini sudah selasai," ujar Mustafa.

Kementerian BUMN juga menunjuk Konsultan Hukum asing dan lokal untuk Garuda. Dari dalam negeri, ditunjuk Assegaf dan Hamzah, sedangkan konsultan hukum asingnya, yaitu Skaden. Tidak hanya itu, Kementerian BUMN juga menunjuk Toto Suharto dan rekan sebagai lembaga penilai. Sementara itu, untuk notaris telah disepakati Notaris Fatia LB dan Efek Datindo Entrycom sebagai biro administrasi.

Seperti diketahui, Garuda berencana untuk melepas saham sekitar 40 persen ke publik pada kuartal ketiga 2010. Jumlah tersebut termasuk alokasi 10,61 persen saham milik Bank Mandiri sebagai bentuk konversi utang senilai Rp 1 triliun. Maskapai pelat merah ini berharap dapat meraup dana segar sekitar 300-400 juta dolar AS dari IPO tersebut.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Keuangan ad Interim Garuda, Elisa Lumbantoruan, menyatakan penurunan laba Garuda di semester pertama 2010, tidak akan menghambat langkah untuk melantai di bursa. Menurutnya, penyebab turunnya laba Garuda itu salah satunya lantaran ada selisih kurs antara mata uang rupiah atas dolar AS dan penurunan seat occupation dari 73 persen di semester pertama 2009 menjadi 70 persen di semester pertama 2010.

"Penurunan laba Garuda ini akibat produksi yang mencapai tujuh ribu penerbangan per bulan dibandingkan semester yang sama tahun lalu mencapai sembilan ribu penerbangan per bulan," terang Elisa.

Sepanjang semester pertama 2010, Garuda mencatatkan laba sebesar Rp 175 miliar. Jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu, terjadi penurunan turun yang cukup signifikan. Pada semester pertama tahun lalu, BUMN penerbangan ini berhasil meraup laba hingga Rp 400 miliar. Namun, pada semester pertama 2010, Garuda mengalami pertumbuhan pendapatan 3,3-5 persen.

Elisa meyakini kinerja Garuda akan membaik di semester kedua 2010. Adapun optimisme tersebut memuncah karena Garuda akan mendatangkan 12 tambahan pesawat baru,yang terdiri dari 11 large narrow body dan 1 wide body. Sehingga pada tahun ini, Garuda berhasil menambah 24 pesawat baru. Selain itu, di semester kedua, rute-rute baru yang diluncurkan Garuda di semester pertama akan memperlihatkan hasilnya.

"Terdapat tambahan dua ribu penerbangan per bulan. Semua pengembangan rute yang sudah ada di semester pertma mudah-mudahan mendapatkan hasil yang baik pada semester kedua," tandas Elisa. Citra Listya Rini

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement