REPUBLIKA.CO.ID, CIKARANG -- PT Suzuki Indomobil Motor (SIM) dan PT Suzuki Indomobil Sales (SIS) resmi melepas ekspor mobil Suzuki Fronx dan sepeda motor Suzuki Satria ke pasar global. Seremoni digelar di pabrik Suzuki di Cikarang, Selasa (18/11/2025), dan menjadi tonggak baru bagi perjalanan panjang Suzuki yang telah berkiprah di Indonesia sejak 1970.
Acara tersebut dihadiri jajaran direksi Suzuki, perwakilan pemerintah pusat, pemerintah daerah, hingga asosiasi industri. President Director SIM dan SIS, Minoru Amano, menegaskan, ekspor ini menjadi pembuktian kemampuan manufaktur Indonesia yang telah berkembang selama 55 tahun kehadiran Suzuki di Tanah Air.
Amano menyebut pencapaian hari ini merupakan hasil perjalanan panjang, termasuk investasi lebih dari Rp22 triliun dan dukungan 4.700 pekerja lokal yang berkontribusi di empat fasilitas produksi Suzuki. “Ini adalah milestone penting bagi Suzuki Indonesia. Kami selalu percaya pada potensi besar Indonesia,” ujar Amano.
Dalam pidatonya, Amano juga mengungkapkan bahwa Suzuki telah mengekspor lebih dari 800 ribu mobil dan 1,5 juta motor sejak 1993. Ekspor Fronx, yang ditargetkan mencapai lebih dari 30 ribu unit dalam tiga tahun, menurutnya menjadi bukti standar kualitas global yang mampu dipenuhi Indonesia.
Meskipun ditujukan untuk pasar global, ekspor awal Fronx ini menyasar negara-negara Asia Tenggara.
Suzuki Fronx sendiri menjadi bagian dari program kendaraan rendah emisi (Low Carbon Emission Vehicle/ LCEV) yang digagas pemerintah. Model tersebut diproduksi dengan kandungan lokal mencapai 63 persen, menjadikannya kendaraan penumpang yang kuat berakar pada rantai pasok nasional.
Sementara itu, Suzuki Satria, produk ikonik yang telah hadir pertama kali pada 1970, dibekali kandungan lokal hingga 82 persen. Amano menyebut versi terbaru Satria tidak hanya membanggakan bagi pasar domestik, tetapi juga berpotensi kuat di pasar ekspor. Satria terbaru punya dua varian, Pro dan F150.
Wakil Menteri Perindustrian RI Faisol Reza, yang juga hadir dalam seremoni pelepasan, menyampaikan apresiasi tinggi kepada Suzuki. Ia menyebut Suzuki telah bertransformasi dari perusahaan luar menjadi bagian penting industri dalam negeri.
“Ekspor hari ini adalah ekspor industri nasional. Suzuki telah tumbuh bersama Indonesia dan menjadi pilar penting manufaktur otomotif kita,” kata Faisol dalam sambutannya.
Menurut Faisol, performa sektor manufaktur Indonesia yang terus berkembang menjadi landasan kuat bagi peningkatan ekspor otomotif. Ia menekankan bahwa kontribusi Suzuki terhadap produksi lebih dari 3,2 juta mobil dan 11,8 juta motor merupakan bukti nyata peran besar perusahaan dalam memperkuat industri nasional.
Faisol juga menegaskan bahwa rencana ekspor 30 ribu unit Suzuki Fronx dan 150 ribu unit Satria hingga 2027 mencerminkan sinergi kuat antara industri dan kebijakan pemerintah. “Ini menunjukkan Indonesia tetap menjadi basis produksi otomotif penting di kawasan,” tambahnya.
Ia menyebut keberhasilan kandungan lokal (TKDN) pada Fronx dan Satria membuktikan ekosistem industri Indonesia semakin matang. Dominasi komponen lokal bukan hanya memperkuat industri, tetapi juga menciptakan efek berantai bagi usaha kecil dan menengah yang menjadi pemasok.
Melalui momentum ekspor ini, pemerintah berharap Indonesia semakin kokoh sebagai pusat produksi kendaraan di Asia Tenggara. Suzuki disebut menjadi contoh bagaimana kolaborasi berkelanjutan antara pemerintah dan pelaku industri mampu mendorong daya saing global.
Faisol berharap, capaian 2025 menjadi fondasi pertumbuhan ekspor otomotif Indonesia di tahun-tahun mendatang. Baik Suzuki maupun pemerintah sepakat bahwa penguatan sektor manufaktur akan berperan penting dalam mendukung ekonomi nasional.
View this post on Instagram