Kamis 13 Nov 2025 08:57 WIB

BRIN Dukung Inovasi Bobibos untuk Wujudkan Kemandirian Energi Nasional

BRIN siap menelaah produk serta proses riset Bobibos guna memastikan validitas ilmiah

Rep: Frederikus Dominggus Bata/ Red: Friska Yolandha
Tim pendukung Bobibos menunjukan bahan bakar Bobibos Energi Merah Putih jenis solar seusai konferensi pers terkait Bobibos Energi Merah Putih di Bumi Sultan Jonggol, Bogor, Jawa Barat, Selasa (11/11/2025). Bahan bakar alternatif bernama Bobibos, yang diklaim memiliki kadar oktana (RON) tinggi dan emisi rendah, diharapkan menjadi solusi potensial untuk menekan ketergantungan Indonesia terhadap energi impor. Inovasi energi terbarukan ramah lingkungan ini lahir dari kreativitas anak bangsa. Bobibos memiliki dua jenis bahan bakar, yakni bensin dan solar, yang memanfaatkan jerami sebagai bahan baku.
Foto: Republika/Prayogi
Tim pendukung Bobibos menunjukan bahan bakar Bobibos Energi Merah Putih jenis solar seusai konferensi pers terkait Bobibos Energi Merah Putih di Bumi Sultan Jonggol, Bogor, Jawa Barat, Selasa (11/11/2025). Bahan bakar alternatif bernama Bobibos, yang diklaim memiliki kadar oktana (RON) tinggi dan emisi rendah, diharapkan menjadi solusi potensial untuk menekan ketergantungan Indonesia terhadap energi impor. Inovasi energi terbarukan ramah lingkungan ini lahir dari kreativitas anak bangsa. Bobibos memiliki dua jenis bahan bakar, yakni bensin dan solar, yang memanfaatkan jerami sebagai bahan baku.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyatakan inovasi seperti Bobibos (bahan bakar original buatan Indonesia, bos) sangat diperlukan untuk mendukung kemandirian energi nasional. BRIN siap menelaah produk serta proses riset Bobibos guna memastikan validitas ilmiah dan potensi penerapan di lapangan.

Peneliti Bidang Sistem Penggerak Berkelanjutan, Pusat Riset Teknologi Bahan Bakar BRIN, Hari Setyapraja mengatakan hingga saat ini, pihaknya belum melakukan komunikasi langsung dengan pengembang Bobibos. Namun, institusi tersebut berencana menjalin kontak dalam waktu dekat untuk membahas inovasi yang viral dan diklaim menjadi bahan bakar alternatif nonfosil.

Baca Juga

“Inovasi seperti ini sangat diperlukan. Dan menggembirakan karena ternyata inovasi tidak hanya muncul dari peneliti atau akademisi, tetapi juga dari masyarakat,” kata Hari kepada Republika.co.id, dikutip Kamis (13/11/2025).

Ia menegaskan, setiap produk bahan bakar yang akan diedarkan secara luas harus melalui kajian menyeluruh. Pemerintah telah memiliki mekanisme perizinan edar, pengawasan distribusi, dan regulasi teknis yang menuntut jaminan mutu bagi konsumen.

Hari menjelaskan, keterlibatan BRIN bersifat ilmiah dan mendasar, khususnya dalam menilai kelayakan teknologi serta standar kualitas bahan bakar. Peran BRIN lebih pada tahapan riset dan inovasi, sedangkan izin edar dan komersialisasi berada di bawah kewenangan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Proses inovasi energi baru meliputi analisis ketersediaan bahan baku, teknologi konversi, dan kelayakan ekonomi. Dalam konteks Bobibos, bahan dasar jerami menjadi fokus karena limbah pertanian ini berpotensi dikembangkan menjadi bahan bakar. Jerami mengandung selulosa, hemiselulosa, lignin, dan glukosa yang memungkinkan diolah menjadi energi, dengan kandungan relatif seragam di berbagai wilayah.

BRIN mendorong pemanfaatan bahan non-edible agar tidak bersaing dengan pangan, termasuk jerami, tandan kosong kelapa sawit, kelapa, nyamplung, dan sorgum. Menurut Hari, munculnya inovasi seperti Bobibos menunjukkan semangat masyarakat dalam menciptakan solusi energi.

BRIN menekankan perlunya pendampingan lanjutan untuk verifikasi, validasi, dan asistensi teknoekonomis agar inovasi bisa dimanfaatkan secara luas. Peluncuran Bobibos oleh M. Ikhlas Thamrin bersama timnya di Kabupaten Bogor pada 2 November 2025 menjadi simbol kolaborasi antara inovator muda, pelaku usaha nasional, dan masyarakat daerah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement