Jumat 19 Sep 2025 08:35 WIB

Banggar DPR RI Apresiasi Respons Cepat Pemerintah Penebalan Stimulus Dorong Daya Beli Masyarakat

Ada indikasi tekanan daya beli yang terjadi di masyarakat.

Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI Said Abdullah menegaskan bahwa rencana penghapusan daya 450 volt ampere (VA) masih dikaji kembali oleh DPR RI sehingga kebijakan itu tidak akan diambil dalam waktu dekat.
Foto: istimewa
Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI Said Abdullah menegaskan bahwa rencana penghapusan daya 450 volt ampere (VA) masih dikaji kembali oleh DPR RI sehingga kebijakan itu tidak akan diambil dalam waktu dekat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Badan Anggaran DPR RI mengapresiasi respons pemerintah dalam hal ini langsung oleh Menteri Keuangan untuk menambah penebalan stimulus untuk mendorong daya beli masyarakat.

“Kami mengapresiasi respons langsung Menteri Keuangan untuk menambah penebalan stimulus tersebut,” kata Ketua Banggar DPR RI, Said Abdullah, dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (19/9/2025).

Baca Juga

Said mengatakan, Banggar DPR bersama pemerintah sepakat bahwa APBN harus berperan penting sebagai kekuatan shock absorber.

Dia menjelaskan, sebagai respons cepat menempatkan APBN sebagai peran tersebut, terutama pada tahun 2025, pemerintah telah meluncurkan aloaksi anggaran RP. 16,23 triliun untuk membiayai stimulus untuk mendorong daya beli masyarakat.

Said menjelaskan proses pemberian stimulus tersebut Banggar DPR atas permintaan Ketua DPR dalam forum konsultasi Banggar dengan pimpinan DPR, merekomendasikan kepada pemerintah melalui APBN 2025 dalam rapat kerja Kamis (19/9/2025) untuk menambah bantuan.

Bantuan tersebut berupa minyak goreng kepada masyarakat rumah tangga miskin dan rentan miskin kepada jumlah penerima manfaat sebanyak 20 juta keluarga.

Stimulus ini, kata Said berangkat dari ada indikasi tekanan daya beli yang terjadi di masyarakat. Data BPS pada Agustus 2025 menyebutkan terjadi defasi sebesar 0,08 persen secara bulanan (mtm). Andil deflasi tertinggi terjadi pada kelompok makanan, minuman dan tembakau dengan andi inflasinya sebesar 0,08 persen.

“Komoditas yang memberikan andil inflasi terbesar yaitu tomat, 0,10 persen, cabai rawit 0,07 persen,” kata dia.

Dia menyebutkan, survei konsumen bank Indonesia menunjukkan bahwa Indeks kondisi ekonomi turun dari 106,6 menjadi 105,1 pada Agustus 2025.

Begitu pula dengan Indeks keyakinan konsumen dari 118,1 menjadi 117,2 pada Agustus 2025, serta Indeks Ekspektasi Konsumen yang juga turun dari 129,6 menjadi 129,2 pada Agustus 2025.

Secara bulanan, kata dia, Data BI menunjukkan bahwa Survei Penjualan Eceran (SPE) diindikasikan mengalami kontraksi 4,1 persen (mtm) pada Juli 2025, lebih dalam dibandingkan dengan Juni 2025 sebesar 0,2 persen (mtm).

Indeks penjuaan riil pada Agustus 2025 diperkirakan masih kontraksi sebesar 0,3 persen (mtm), meskipun hal ini merupakan perbaikan dibandingkan bulan sebelumnya di angka 4,1 persen (mtm).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement