Jumat 05 Sep 2025 18:11 WIB

Pertumbuhan Laba di Pasar Saham Diprediksi Pulih 5—10 Persen di 2026

Proyeksi didorong oleh belanja pemerintah dan potensi rebound sektor perbankan.

Rep: Eva Rianti/ Red: Gita Amanda
Head of Indonesia Research & Strategy JP Morgan Indonesia, Henry Wibowo, memproyeksikan pertumbuhan laba di pasar saham akan pulih pada tahun depan. (ilustrasi)
Foto: Republika/Prayogi
Head of Indonesia Research & Strategy JP Morgan Indonesia, Henry Wibowo, memproyeksikan pertumbuhan laba di pasar saham akan pulih pada tahun depan. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Head of Indonesia Research & Strategy JP Morgan Indonesia, Henry Wibowo, memproyeksikan pertumbuhan laba di pasar saham akan pulih pada tahun depan. Ia memperkirakan laba perusahaan di pasar modal Indonesia bisa tumbuh hingga 10 persen pada 2026.

“Tahun ini pertumbuhan laba rata-rata minus 5 persen, ini lemah, karena daya beli masyarakat masih cukup soft. Tapi tahun depan kita expect tumbuh 5—10 persen,” kata Henry dalam konferensi pers Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi dan Pasar Saham Indonesia pada 2025 yang digelar di Jakarta Selatan, Kamis (4/9/2025).

Baca Juga

Henry menuturkan, ekspektasi tersebut didasarkan pada asumsi bahwa belanja pemerintah akan digelontorkan, yang berefek pada peningkatan konsumsi masyarakat.

“Jika budget government spending dapat dieksekusi dengan baik oleh pemerintah, kita optimistis sektor-sektor besar seperti perbankan dan consumer akan bisa rebound. Jika rebound, gap ini mungkin bisa tertutup,” ujarnya.

Menurut Henry, yang bakal tumbuh lebih dulu adalah saham-saham lapis dua, sedangkan saham lapis satu (blue chip) masih cenderung datar. Namun, ketika sentimen-sentimen yang memengaruhinya berjalan sesuai prediksi, pertumbuhan laba bisa terdongkrak.

“Mungkin saham-saham lapis satu, terutama yang besar-besar itu, bisa catch up dan mendorong pertumbuhan labanya lagi,” ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, CEO & Senior Country Officer JP Morgan Indonesia, Gioshia Ralie, menuturkan hingga kuartal II 2025, pertumbuhan laba yang positif baru terjadi di dua sektor, yakni real estate dan healthcare. Sektor lain masih mencatat pertumbuhan negatif. Hal itu dipengaruhi oleh berbagai sentimen, mulai dari volatilitas rupiah, tingginya suku bunga, hingga melemahnya daya beli masyarakat.

“Ini mencerminkan bahwa sebenarnya profit perusahaan-perusahaan di bursa tertekan oleh daya beli masyarakat yang melemah akibat rupiah, suku bunga tinggi, dan konsumsi menurun,” kata Gioshia.

Seiring dengan upaya pemerintah menjaga stabilitas rupiah, menurunkan suku bunga, serta meningkatkan daya beli masyarakat, ia optimistis pertumbuhan laba perusahaan di pasar modal juga akan meningkat nantinya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement