REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO — Fast Retailing, perusahaan asal Jepang pemilik merek pakaian Uniqlo, memperingatkan bahwa tarif impor Amerika Serikat (AS) yang lebih tinggi akan mulai berdampak signifikan terhadap operasional mereka di AS mulai akhir 2025. Untuk mengantisipasi, perusahaan berencana menaikkan harga guna mengurangi tekanan biaya.
Kekhawatiran atas potensi inflasi yang kembali meningkat dan perlambatan ekonomi akibat kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump menekan gairah belanja di AS serta pasar konsumen utama lainnya.
Awal pekan ini, Trump menetapkan batas waktu baru hingga 1 Agustus 2025 untuk menerapkan tarif "timbal balik" yang akan memengaruhi hampir semua mitra dagang AS.
“Tidak dapat dihindari bahwa kami akan terdampak signifikan mulai musim gugur dan musim dingin,” ujar Direktur Keuangan Fast Retailing, Takeshi Okazaki, dalam konferensi pendapatan kuartalan perusahaan. “Akan sulit untuk menanggung semua biaya. Pendekatan kami adalah menaikkan harga jika memungkinkan, sambil tetap berfokus pada bisnis berkelanjutan dan aman secara finansial," katanya.
Sebagian besar produk Uniqlo yang dijual di AS diproduksi di Asia Tenggara dan Asia Selatan. Dalam surat resminya pada Rabu (9/7/2025), Trump menyatakan Sri Lanka—salah satu eksportir pakaian utama ke AS—akan dikenakan tarif 30 persen mulai 1 Agustus.
Sementara itu, Vietnam dikenai tarif lebih rendah sebesar 20 persen, tetapi pengiriman ulang dari negara ketiga melalui Vietnam akan dikenakan tarif 40 persen.