REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Deputi Bidang Koordinasi Keterjangkauan dan Keamanan Pangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Nani Hendiarti, menyampaikan bahwa saat ini pemerintah mulai memproduksi kedelai dan bawang putih. Hal itu guna menekan importasi komoditas tersebut secara bertahap.
“Kedelai sudah mulai (produksi). Jadi, ada beberapa komoditas, setahu saya itu bawang putih dan kedelai juga, untuk mengurangi impor,” kata Nani saat dikonfirmasi di Jakarta, Jumat (27/6/2025).
Nani menyebutkan bahwa produksi kedelai sudah berjalan dan pemerintah telah menetapkan sejumlah target awal, meskipun belum dalam skala luas, sebagai tahap awal menuju kemandirian pangan nasional.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa komoditas bawang putih juga menjadi fokus karena 95 persen kebutuhan dalam negeri masih dipenuhi melalui impor. Oleh sebab itu, pemerintah kini mulai mengintervensi aspek ketersediaan benih di beberapa wilayah potensial.
“Kendalanya karena bawang putih itu impornya memang di atas 90 persen, sekitar 95 persen. Nah, isunya itu tidak ada bibitnya. Jadi, sekarang sedang disiapkan,” ujarnya.
Beberapa daerah seperti Sumatra Utara dan sejumlah wilayah di Pulau Jawa disebut menjadi lokasi awal pengembangan produksi bawang putih, meskipun ia tidak menyebutkan secara rinci lokasi penanaman komoditas tersebut.
“Kalau wilayah produksi kedelai saya lupa, ya. Tapi untuk bawang putih, saya ingat ada dua tempat di Sumatra Utara, lalu di Jawa juga,” ucap Nani.
“Tapi itu tergantung potensinya. Kalau soal spasialnya saya belum terlalu ingat. Tapi produksi kedelai dan bawang putih itu sudah mulai. Nanti bisa ditanyakan ke Kementerian Pertanian agar datanya lebih akurat,” lanjutnya.
Pemerintah berharap intervensi ini tidak hanya menekan impor, tetapi juga meningkatkan kapasitas produksi nasional, mendorong keterlibatan petani lokal, serta memperkuat ekosistem pertanian berkelanjutan berbasis komoditas strategis.
Kendati demikian, Nani tidak merinci total luas lahan maupun kapasitas produksi kedelai dan bawang putih yang tengah dikembangkan untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor.
“Karena baru mulai, jadi ini masih pada tahap target-target awal yang belum terlalu luas. Tapi memang ini dalam konteks mengurangi impor,” imbuhnya.
Sebelumnya, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyiapkan 10 ribu bibit kedelai unggul guna meningkatkan produksi nasional dalam rangka mendukung ketahanan pangan dan kebutuhan industri dalam negeri.
“Kita mulai uji coba tahun ini. Kalau berhasil, akan kita lanjutkan. Sebenarnya bukan uji coba sih, kemarin kami minta 10 ribu bibit, tapi harus dikawal,” kata Mentan Amran saat ditemui di sela Rapat Koordinasi Nasional bersama 37 ribu penyuluh pertanian secara daring dan luring di Jakarta, Sabtu (26/4/2025).
Ia menegaskan bahwa program ini bukan sekadar uji coba, melainkan harus menghasilkan produktivitas tinggi, minimal tiga ton per hektare, demi memastikan keberhasilan di skala nasional.