Kamis 24 Apr 2025 16:02 WIB

Rosan Sebut Negosiasi Terlalu Lama, Jadi Alasan LG tak Lagi Terlibat di Proyek Titan

Pemerintah telah memutuskan mencari partner lain yakni perusahaan China.

Rep: Frederikus Dominggus Bata / Red: Gita Amanda
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani memberikan alasan terkait mundurnya LG dari investasi baterai listrik, (ilustrasi)
Foto: BPMI Setpres/Kris
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani memberikan alasan terkait mundurnya LG dari investasi baterai listrik, (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani memberikan penjelasan mengenai situasi LG Energy Solutions yang hengkang dari proyek ekosistem baterai kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV). Ia menegaskan, sebetulnya pemerintah Indonesia yang memutuskan hal itu terjadi.

Pada 25 Januari 2025, Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengirimkan surat berisi keputusan pemerintah ke pihak LGES dan LG CHEM. Menurut Rosan, ini agar kelangsungan proyek titan itu tetap berjalan. Terutama setelah diskusi panjang selama lima tahun antara berbagai pihak terkait.

Baca Juga

"Saya ingin sampaikan tadi, dikatakan dari sana memutus, sebetulnya untuk lebih tepatnya dari kami yang memutus. Itu berdasarkan surat tanggal 31 Januari 2025 yang diterbitkan oleh Kementerian ESDM. Kenapa dikeluarkan surat itu? Karena memang negosiasi ini sudah terlalu lama," kata Menteri Investasi dalam konferensi pers secara daring, dikutip Kamis (24/4/2025).

Ia menegaskan, terpenting tak ada perubahan dari ekosistem proyek baterai EV yang nilai investasi keseluruhan mencapai 9,8 miliar dolar AS. Investasi ini untuk dari penambangan hingga daur ulang baterao EV. Proyek tersebut terbagi dalam empat joint venture (JV). "Mereka sudah groundbreaking dan sudah selesai di JV 4. Jadi kemaren diberitakan mereka mundur, mundur semuanya? Nggak. Mereka sudah melakukan dan selesai di JV 4 senilai 1,1 miliar dolar AS," jelas Rosan.

Ia juga memahami untuk proyek sebesar ini, negosiasi membutuhkan waktu. Namun harus tetap berjalan. Pemerintah memutuskan mencari partner lain sebagai pengganti perusahaan Korea Selatan itu.

Kini muncul nama perusahaan China, Huayou, yang akan bermitra dengan BUMN PT Industri Baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC). IBC merupakan anak perusahaan MIND ID, PLN, Pertamina, ANTAM.

Total investasinya tak berubah. Masih di angka 9,8 miliar dolar AS. Huayou, kata Rosan, merupakan pemain lama. Teknologinya memungkinkan untuk mengganti posisi LG. "Jadi, karena memang Huayou juga sudah investasi di Indonesia sebelumnya, di bidang yang hampir sama juga," ujar Menteri Investasi.

Rosan mengaku telah bertemu pihak dari perusahaan negeri tirai bambu itu. Ia merasakan adanya pembicaraan positif. Apalagi Huayou telah menaruh fokus besar pada proyek ini. "Sejak 2024 ini sudah menyatakan minatnya untuk menjadi konsorsium dari LG ini. Jadi, sebenarnya dalam konsorsium LG itu, sebelumnya memang sudah ada Huayou-nya. Jadi, mereka sekarang yang menjadi leading konsorsium. Itu saja," katanya.

Ia memastikan Indonesia tetap memiliki daya tarik yang baik buat para investor. Rosan menyinggung tercapainya realisasi investasi di angka Rp 465,2 triliun di awal 2025. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement