REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Menteri BUMN Erick Thohir memastikan fasilitas di Bali International Hospital (BIH) di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kesehatan Sanur, Denpasar, sudah terpasang dan beroperasi melayani pasien.
“BIH di KEK Sanur, Bali yang dalam percobaan operasional sejak 14 April 2025,” kata Erick Thohir melalui akun instagram @erickthohir di Denpasar, Bali, Sabtu (19/4/2025).
Di sela kunjungan kerja di Pulau Dewata, Erick meninjau sejumlah fasilitas kesehatan di rumah sakit internasional itu mulai dari rehabilitasi gimnasium, ruang perawatan, ruang radioterapi, taman dan fasilitas lainnya yang ia sebut sudah beroperasi lancar. Rencananya, lanjut dia, Presiden Prabowo Subianto akan meresmikan BIH pada Juni 2025.
Sementara itu, Direktur Utama Pertamedika Bali Hospital Dewi F Fitriana kepada Menteri BUMN mengungkapkan bahwa BIH sudah beroperasi sejak 14 April 2025 dan telah melayani 19 pasien yang mengakses pemeriksaan kesehatan menyeluruh (MCU) dan 14 pasien gawat darurat.
Selama kunjungan di rumah sakit yang menjadi bagian dari Holding Rumah Sakit BUMN Pertamina Bina Medika Indonesia Healthcare Corporation (IHC) itu, Erick juga sempat berbincang dengan sejumlah staf dan tenaga kesehatan.
Salah satunya dokter diaspora yakni dokter bedah vaskular Rio Marnoto yang selama 24 tahun sekolah dan berkarir di Munich, Jerman.
Rumah sakit internasional BIH memiliki luas 67.465 meter persegi dan dilengkapi 255 tempat tidur dengan lokasi yang berada dekat kawasan wisata Sanur dengan daya tarik Pantai Sanur dan Pantai Segara Ayu.
Ada pun layanan unggulan di rumah sakit tersebut yakni kardiologi, kanker, saraf, saluran pencernaan dan ortopedi/tulang (CONGO).
Berdasarkan data Dewan Nasional KEK Indonesia, KEK Kesehatan Sanur yang memiliki luas total 41,26 hektare ditargetkan mampu mengundang investasi mencapai sekitar Rp 10,2 triliun dan diperkirakan menyerap sekitar 43.647 orang tenaga kerja baik langsung dan tidak langsung.
KEK Kesehatan Sanur diharapkan menyerap pasien yang sebelumnya berobat ke luar negeri menjadi berobat di fasilitas itu dengan total pasien diperkirakan mencapai 123-240 ribu orang pada 2030.
Dengan berkurangnya pasien dari Indonesia yang berobat ke luar negeri, diharapkan terjadi penghematan devisa dari WNI yang sebelumnya berobat ke luar negeri menjadi berobat di KEK dengan perkiraan total Rp 86 triliun dan potensi penambahan devisa sebesar Rp 19,6 triliun diproyeksi hingga 2045.