REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Petrokimia Gresik, perusahaan solusi agroindustri anggota holding Pupuk Indonesia, menegaskan pilot project dekarbonisasi dengan teknologi Carbon Capture and Utilization (CCU) bersama Kementerian Perindustrian (Kemenperin) membawa “angin segar” bagi industri berkelanjutan di Indonesia. Teknologi ini tidak hanya mampu mengurangi emisi karbon, tetapi juga menghasilkan bahan baku untuk mendukung industri nasional.
Hal itu disampaikan Direktur Utama Petrokimia Gresik, Daconi Khotob, dalam forum Annual Indonesia Green Industry Summit (AIGIS) 2025 di Jakarta, Kamis (21/8/2025), dan dikuatkan oleh Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kemenperin, Eko SA Cahyanto.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang dalam AIGIS 2025, Rabu (20/8/2025), menegaskan bahwa teknologi CCU menjadi solusi untuk mengurangi emisi karbon dan mengubahnya menjadi produk bernilai tambah. Saat ini Kemenperin melaksanakan pilot project CCU berbasis hidrometalurgi di Petrokimia Gresik.
“Teknologi ini bukan hanya mendukung target Net Zero Emission (NZE), tetapi juga memberi nilai tambah ekonomi,” ujarnya melalui keterangan yang diterima Ahad (24/8/2025).
Terpisah, Daconi menjelaskan bahwa pilot project CCU di Petrokimia Gresik telah berjalan sekitar satu bulan. Fasilitas ini diharapkan dapat mengurangi emisi karbon dan menghasilkan produk samping berupa soda ash dan baking soda. Produk tersebut sangat strategis karena kebutuhan dalam negeri, seperti untuk industri kaca dan deterjen, mencapai lebih dari 1 juta ton per tahun dan selama ini sepenuhnya masih dipenuhi dari impor.
“CO₂ yang merupakan emisi karbon bisa diubah menjadi produk yang dibutuhkan industri. Namun, pekerjaan rumah kami sekarang adalah bagaimana meningkatkan kapasitas hingga 50.000 ton soda ash atau menyerap 20.000 ton CO₂ melalui pilot project ini. Jika proyek ini berhasil, potensinya sangat besar untuk dikembangkan dalam skala lebih luas,” kata Daconi.
Ia menambahkan, sebagai produsen pupuk dan bahan kimia dengan kapasitas produksi hingga 11 juta ton per tahun, Petrokimia Gresik tidak bisa lepas dari potensi emisi karbon. Tanpa upaya penurunan, emisi karbon yang dihasilkan dapat mencapai 2 juta ton per tahun. Hingga 2025, berbagai program dekarbonisasi yang dijalankan berhasil menurunkan sekitar 400 ribu ton CO₂ ekuivalen, tetapi masih tersisa sekitar 1,6 juta ton CO₂ ekuivalen yang perlu ditangani dengan teknologi rendah karbon seperti CCU.
“Karena itu diperlukan langkah-langkah inovatif dari perusahaan. Upaya ini sekaligus selaras dengan program Kemenperin berupa sistem penangkapan karbon dengan teknologi CCU,” pungkas Daconi.