REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Portofolio emas PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) melonjak tajam sejak ditetapkan sebagai bank emas (bullion bank) oleh Presiden Prabowo Subianto pada 26 Februari 2025. Layanan emas digital menjadi motor utama pertumbuhan, seiring meningkatnya minat masyarakat terhadap emas sebagai instrumen investasi.
Plt Direktur Utama BSI, Bob Tyasika Ananta, menyebutkan pertumbuhan signifikan terjadi pada saldo emas maupun volume penjualan emas secara tahunan dan bulanan.
"Saldo emas secara yoy tumbuh sebesar 118 persen (335,97 Kg) dan secara ytd tumbuh sebesar 40 persen (177,32 kg)," ujar Bob saat halal bihalal bersama media, dikutip Rabu (16/4/2025).
Pertumbuhan berlanjut pada April 2025. Hingga 8 April, saldo emas BSI naik 8 persen atau 49,79 kilogram menjadi 670,92 kilogram. Penjualan emas secara month to date (MTD) juga melonjak 25 persen atau 55,06 kilogram.
Data internal BSI menunjukkan, rata-rata penjualan emas pada Februari masih di angka 30 kilogram per bulan. Namun, naik signifikan menjadi 64 kilogram pada Maret, dan menembus 125 kilogram pada awal April.
Vice President Digital Strategy and Development BSI, Riko Wardhana, mengatakan lonjakan permintaan emas belum bisa dihubungkan langsung dengan perpindahan dana dari pasar modal ke emas, karena belum tersedia data rinci.
"Kami belum tracking sih sampai ke sana. Cuman kita ngelihatnya, kalau emasnya iya tadi meningkat," kata Riko.
"Tapi kalau dari mana, trackingnya dari pasar modal segala macam belum ada," lanjutnya.
Hal senada disampaikan Direktur Sales & Distribution BSI, Anton Sukarna. Ia menyebutkan bahwa tekanan pada pasar saham mendorong investor mencari alternatif, termasuk emas.
"Kemarin kita sempat kejadian kan, semua saham kita rontok semua. Otomatis orang mencari selain saham apalagi kita harus bertahan, kemudian dia berpindah ke emas. Tapi kalau angka atau data perpindahan itu nggak ada, saya nggak bisa tracking itu," jelas Anton.
Bob menegaskan, emas menjadi instrumen investasi paling ideal saat ini karena statusnya sebagai aset lindung nilai atau safe haven.
"Kami sangat optimistis dengan potensi bisnis emas ke depan bagi pertumbuhan BSI dan tentu saja benefit untuk masyarakat. Dan insya Allah dengan inovasi layanan bisnis emas dari BSI, masyarakat tidak perlu mengantri saat bertransaksi," ujar Bob.