REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar otomotif Bebin Djuana turut berbicara mengenai munculnya Bobibos (bahan bakar original buatan Indonesia, bos). Ia menekankan pentingnya sertifikasi atau uji laboratorium sehingga setiap klaim dapat dipercaya masyarakat.
Kemudian, jika akan dipasarkan ke konsumen umum, ada ketentuan atau peraturan lanjutan. Apalagi jika ingin menjadi mitra perusahaan negara seperti Pertamina, bukan sesuatu yang mudah. Selain kajian mendalam, dibutuhkan pasokan dalam jumlah besar secara berkelanjutan.
"Perlu dibuktikan, bukan basa-basi. Jika berharap menjadi mitra Pertamina, sudah siaplah kapasitas produksi. Dibutuhkan kapasitas yang sangat besar," ujar Bebin kepada Republika.co.id, Senin (17/11/2025).
Ia menyebut hal seperti ini bukan barang baru. Sesuatu yang sudah pernah terjadi, tetapi di kemudian hari tidak berlanjut.
"Pada akhirnya mentah di tengah jalan. Kita tunggu saja perkembangannya," tegas Bebin.
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menegaskan setiap inovasi bahan bakar perlu melalui kajian menyeluruh sebelum diedarkan ke masyarakat. Proses penelitian dan pengujian harus melibatkan banyak pihak agar hasilnya memenuhi standar mutu dan keamanan bagi konsumen.
Peneliti Bidang Sistem Penggerak Berkelanjutan, Pusat Riset Teknologi Bahan Bakar BRIN, Hari Setyapraja, mengatakan sebuah produk bahan bakar—terlebih jika digunakan untuk transportasi—wajib melewati mekanisme evaluasi yang ketat.
“Karena ini produk bahan bakar, apalagi jika targetnya untuk transportasi. Itu akan melibatkan konsumen di banyak tempat, sehingga harus ada jaminan terhadap kualitasnya,” ujar Hari kepada Republika.co.id, Rabu (12/11/2025).