Senin 17 Nov 2025 20:50 WIB

Pakar Otomotif: Bobibos Perlu Dibuktikan, Bukan Basa-Basi

Pengujian berlapis diperlukan agar inovasi bahan bakar benar-benar aman digunakan.

Rep: Frederikus Dominggus Bata / Red: Friska Yolandha
Tim pendukung Bobibos menuangkan bahan bakar Bobibos Energi Merah Putih ke tangki kendaraan seusai konferensi pers terkait Bobibos Energi Merah Putih di Bumi Sultan Jonggol, Bogor, Jawa Barat, Selasa (11/11/2025). Bahan bakar alternatif bernama Bobibos, yang diklaim memiliki kadar oktana (RON) tinggi dan emisi rendah, diharapkan menjadi solusi potensial untuk menekan ketergantungan Indonesia terhadap energi impor. Inovasi energi terbarukan ramah lingkungan ini lahir dari kreativitas anak bangsa. Bobibos memiliki dua jenis bahan bakar, yakni bensin dan solar, yang memanfaatkan jerami sebagai bahan baku.
Foto: Republika/Prayogi
Tim pendukung Bobibos menuangkan bahan bakar Bobibos Energi Merah Putih ke tangki kendaraan seusai konferensi pers terkait Bobibos Energi Merah Putih di Bumi Sultan Jonggol, Bogor, Jawa Barat, Selasa (11/11/2025). Bahan bakar alternatif bernama Bobibos, yang diklaim memiliki kadar oktana (RON) tinggi dan emisi rendah, diharapkan menjadi solusi potensial untuk menekan ketergantungan Indonesia terhadap energi impor. Inovasi energi terbarukan ramah lingkungan ini lahir dari kreativitas anak bangsa. Bobibos memiliki dua jenis bahan bakar, yakni bensin dan solar, yang memanfaatkan jerami sebagai bahan baku.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar otomotif Bebin Djuana turut berbicara mengenai munculnya Bobibos (bahan bakar original buatan Indonesia, bos). Ia menekankan pentingnya sertifikasi atau uji laboratorium sehingga setiap klaim dapat dipercaya masyarakat.

Kemudian, jika akan dipasarkan ke konsumen umum, ada ketentuan atau peraturan lanjutan. Apalagi jika ingin menjadi mitra perusahaan negara seperti Pertamina, bukan sesuatu yang mudah. Selain kajian mendalam, dibutuhkan pasokan dalam jumlah besar secara berkelanjutan.

Baca Juga

"Perlu dibuktikan, bukan basa-basi. Jika berharap menjadi mitra Pertamina, sudah siaplah kapasitas produksi. Dibutuhkan kapasitas yang sangat besar," ujar Bebin kepada Republika.co.id, Senin (17/11/2025).

Ia menyebut hal seperti ini bukan barang baru. Sesuatu yang sudah pernah terjadi, tetapi di kemudian hari tidak berlanjut.

"Pada akhirnya mentah di tengah jalan. Kita tunggu saja perkembangannya," tegas Bebin.

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menegaskan setiap inovasi bahan bakar perlu melalui kajian menyeluruh sebelum diedarkan ke masyarakat. Proses penelitian dan pengujian harus melibatkan banyak pihak agar hasilnya memenuhi standar mutu dan keamanan bagi konsumen.

Peneliti Bidang Sistem Penggerak Berkelanjutan, Pusat Riset Teknologi Bahan Bakar BRIN, Hari Setyapraja, mengatakan sebuah produk bahan bakar—terlebih jika digunakan untuk transportasi—wajib melewati mekanisme evaluasi yang ketat.

“Karena ini produk bahan bakar, apalagi jika targetnya untuk transportasi. Itu akan melibatkan konsumen di banyak tempat, sehingga harus ada jaminan terhadap kualitasnya,” ujar Hari kepada Republika.co.id, Rabu (12/11/2025).

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement