Sabtu 08 Feb 2025 15:50 WIB

BI Optimistis Pertumbuhan Kredit Bisa Hingga 13 Persen

Hal itu berkaca dari capaian pertumbuhan kredit pada 2024 yang sesuai target.

Rep: Eva Rianti  / Red: Gita Amanda
Bank Indonesia  optimisme pertumbuhan kredit pada 2025 akan bergerak di kisaran target, yakni 11-13 persen. (ilustrasi)
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Bank Indonesia optimisme pertumbuhan kredit pada 2025 akan bergerak di kisaran target, yakni 11-13 persen. (ilustrasi)

 REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Departemen Kebijakan Makroprudensial (DKMP) BI Nugroho Joko Prastowo mengungkapkan optimisme pertumbuhan kredit pada 2025 akan bergerak di kisaran target, yakni 11-13 persen. Hal itu berkaca dari capaian pertumbuhan kredit pada 2024 yang sesuai target di kisaran 10-12 persen, yakni 10,34 persen (yoy),  di tengah kondisi tren suku bunga higher for longer. 

“Di 2025 kita prediksi dan dorong agar pertumbuhan kredit yang tadi range targetnya 10—12 persen, kita targetkan 11-13 persen. Ini challenge,” kata Joko dalam acara pelatihan wartawan BI di Banda Aceh, Jumat (7/2/2025). 

Baca Juga

Dinamika kebijakan suku bunga, terutama Fed Fund Rate (FFR) menjadi fokus utama bagi BI, kaitannya dengan dampak lebih lanjut terhadap pertumbuhan kredit. Joko menilai Presiden AS Donald Trump dengan kebijakan-kebijakannya yang proteksionisme, perlu diwaspadai. 

“Tapi salah satu daya dukung yang sudah dikeluarkan oleh BI adalah penurunan suku bunga di Januari. Harapannya sejak awal tahun, itu memberikan dukungan dan optimisme karena penurunan suku bunga ini akan meningkatkan permintaan. Ibaratnya, kalau meminjam (kredit) harganya menjadi lebih murah dari sebelumnya,” tuturnya. 

Lalu dari sisi pembiayaan (funding), jika suku bunga turun, maka surat berharga negara (SBN) turun, itu akan mengurangi persaingan untuk pengumpulan dana pihak ketiga. 

“Nanti dana pihak ketiga bisa tumbuh lebih tinggi, ini kan memudahkan bank untuk funding dan kemudian lending. Permintaannya juga diharapkan tinggi harapannya ruang untuk lanjut masih gede untuk menumbuhkan kredit di sepanjang 2025,” jelasnya. 

Di samping itu, Joko melanjutkan, berdasarkan survei, terlihat permintaan pembiayaan dari perbankan masih dominan. Meskipun ada pembiayaan dari afiliasi, tetapi perbankan dalam negeri masih menjadi pilihan utama bagi korporasi. Lalu, beberapa insentif dari sisi fiskal juga diharapkan bisa menciptakan daya dukung, yang artinya demand terhadap kredit akan semakin meningkat. 

Joko menekankan bahwa pertumbuhan kredit di Indonesia pada 2024 terlihat bergerak positif, meskipun kondisi tren suku bunga tinggi higher for longer menjadi tantangan. Ia menyebut, Indonesia memiliki daya tahan ekonomi yang menjadi kekuatan dalam menghadapi ketidakpastian kondisi ekonomi global. 

“Di saat suku bunga tinggi, higher for longer, pertumbuhan kreditnya kembali meningkat dan bertahan, bisa di atas 10 hingga saat ini. Itu histori salah satu peran kebijakan makroprudensial untuk mendukung pertumbuhan kredit di tengah tantangan yang sedemikian hebat dari eksternal dan internal,” tegasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement