Rabu 04 Dec 2024 01:28 WIB

INDEF: Butuh Sistem Logistik yang Kuat di Tengah Potensi Krisis Energi Global

Risiko geopolitik memberi tekanan besar pada stabilitas energi nasional.

Kapal tanker Gamsunoro milik Pertamina International Shipping (PIS)
Foto: ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari
Kapal tanker Gamsunoro milik Pertamina International Shipping (PIS)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA Dinamika politik dan krisis energi global dinilai membuat kepastian pasokan energi yang stabil bukan hanya sekadar tantangan teknis, tetapi juga bagian dari menjaga stabilitas ekonomi dan sosial di dalam negeri.

Untuk itu, Kepala Center of Food, Energy and Sustainable Development INDEF Abra Talattov mengungkapkan, ketahanan energi menjadi prioritas utama pemerintahan baru Indonesia, sebagaimana tercantum di dalam Asta Cita.

Baca Juga

Abra menilai, risiko geopolitik, seperti konflik Rusia-Ukraina dan ketegangan di Timur Tengah, memberikan tekanan besar pada stabilitas energi nasional. “Lonjakan harga minyak mentah pada 2022 menjadi pengingat bahwa risiko geopolitik global memiliki dampak signifikan terhadap stabilitas energi Indonesia,” ujar dia lewat keterangan tertulis, Selasa (3/12/2024).

Saat itu,  disrupsi terhadap rantai pasokan perdagangan energi dunia terjadi sehingga menyulut kenaikan harga minyak mentah hingga lebih dari 100 dolar AS per barel. Menurutnya, krisis ini menuntut Indonesia perlu memperkuat infrastruktur logistik energi.

Sebagai negara maritim dengan lebih dari 17.000 pulau, logistik energi di Indonesia menghadapi tantangan geografis yang tidak sederhana. Sistem logistik yang kuat menjadi tulang punggung untuk memastikan bahwa energi dapat mencapai wilayah-wilayah terpencil.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement