Senin 11 Nov 2024 20:13 WIB

Susu Lokal Dinilai Punya Kualitas Mumpuni, Ini Penyebab Kekalahannya Dibanding Susu Impor

Dalam hal biaya produksi, susu cair lokal memiliki tantangan besar.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Ahmad Fikri Noor
Seorang peloper susu membagikan susu sapi gratis kepada warga di Boyolali, Jawa Tengah, Sabtu (9/11/2024). Sebanyak 1.000 liter susu sapi dibagikan secara gratis karena sejak beberapa hari ini susu sapi dari peternak yang dibeli oleh peloper tidak dapat tertampung ke industri pengolahan susu karena berlimpahnya produk susu.
Foto: ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho
Seorang peloper susu membagikan susu sapi gratis kepada warga di Boyolali, Jawa Tengah, Sabtu (9/11/2024). Sebanyak 1.000 liter susu sapi dibagikan secara gratis karena sejak beberapa hari ini susu sapi dari peternak yang dibeli oleh peloper tidak dapat tertampung ke industri pengolahan susu karena berlimpahnya produk susu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kualitas susu lokal Indonesia dinilai tidak kalah saing dengan susu impor. Akan tetapi, efisiensi biaya produksi menjadi kendala utama yang membuat industri pengolahan susu lebih memilih produk impor, terutama dalam bentuk susu bubuk atau skim.

Pengamat Pertanian dari Center for Reform on Economics (CORE) Eliza Mardian mengatakan, meskipun susu lokal memiliki kualitas yang baik dan layak konsumsi, faktor efisiensi biaya produksi menjadikan susu impor lebih diminati oleh perusahaan pengolahan susu.

Baca Juga

“Perusahaan lebih cenderung memilih susu bubuk atau susu skim impor karena lebih efisien dalam hal biaya produksi dan penyimpanan. Susu bubuk memiliki masa simpan lebih lama dan lebih mudah diolah, sedangkan susu cair lokal harus segera diproses dan didistribusikan dalam waktu yang relatif singkat,” ujar Eliza kepada Republika, Senin (11/11/2024).

Padahal, dalam hal biaya produksi, susu cair lokal memiliki tantangan besar karena lebih memerlukan proses distribusi yang cepat dan biaya logistik yang lebih tinggi. Sementara itu, susu bubuk impor, yang sebagian besar berasal dari negara produsen besar, memiliki biaya produksi yang lebih rendah dan dapat disimpan lebih lama, sehingga memberikan keuntungan lebih bagi perusahaan.

“Meski begitu, ini bukan berarti susu lokal tidak berkualitas. Banyak peternak lokal yang menghasilkan susu segar dengan kualitas yang sangat baik. Hanya saja, dalam konteks industri pengolahan, efisiensi biaya menjadi pertimbangan utama,” tambahnya.

Menurut Eliza, untuk meningkatkan daya saing susu lokal, pemerintah perlu mendorong pengembangan industri pengolahan susu yang dapat menambah nilai produk lokal, seperti susu cair yang diproses menjadi produk olahan lainnya, misalnya susu segar kemasan atau produk turunan lainnya yang memiliki masa simpan lebih lama. Selain itu, ia juga menekankan perlunya regulasi yang mendukung kemitraan yang lebih baik antara peternak susu lokal dengan perusahaan pengolahan susu.

“Penting bagi pemerintah untuk memperkuat kemitraan antara peternak lokal dan perusahaan susu, serta memberikan insentif bagi perusahaan yang lebih memilih untuk mengolah susu lokal. Ini akan membantu meningkatkan serapan susu lokal dan menciptakan pasar yang lebih stabil bagi peternak,” katanya.

Dengan pendekatan yang tepat, Eliza meyakini bahwa susu lokal Indonesia memiliki potensi besar untuk bersaing lebih baik di pasar domestik, bahkan bisa mengurangi ketergantungan pada impor yang saat ini masih mendominasi pasokan susu di dalam negeri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement