REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup positif dalam sepekan pada akhir perdagangan pada Jumat (23/8/2024). IHSG tercatat menguat sebesar 1,51 persen dalam sepekan terakhir ke level 7.544,3.
Community Lead Indo Premier Sekuritas (IPOT) Angga Septianus menegaskan pergerakan market pada pekan lalu dipengaruhi 3 sentimen utama, yakni revisi data tenaga kerja AS, kemungkinan penurunan suku bunga the Fed dan suku bunga BI serta IHSG yang mencatat ATH baru.
Terkait sentimen revisi data tenaga kerja AS, terang Angga, Departemen Tenaga Kerja merilis revisi acuan awal untuk data tenaga kerja non-farm payroll selama 12 bulan hingga Maret 2024.
Revisi tersebut menurunkan 2,9 juta penambahan lapangan kerja yang awalnya dilaporkan sebesar 2,1 juta lapangan kerja atau direvisi sebesar 818.000. Menurut Angga, revisi tersebut adalah revisi penurunan paling tajam sejak krisis keuangan global 2009 dan menunjukkan bahwa pelemahan yang tampak di pasar tenaga kerja bisa lebih jelas daripada yang diasumsikan sebelumnya.
"Lesunya data ini menjadi pertimbangan penurunan suku bunga the Fed dan impact-nya positif untuk market karena data tenaga kerja tersebut mendukung tesis the Fed untuk menurunkan suku bunga," ujar Angga dalam keterangan, Ahad (25/8/2024).
Sementara itu terkait kemungkinan penurunan suku bunga the Fed dan suku bunga BI, 73,5 persen pelaku pasar memperkirakan suku bunga the Fed akan turun sebesar 25 basis poin, sedangkan BI menyatakan membuka ruang untuk menurunkan suku bunga acuan (BI-Rate) pada kuartal IV 2024. Hal ini berdasarkan kondisi suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat dan kondisi pertumbuhan ekonomi nasional saat ini.
"Optimisme sentimen suku bunga ini berdampak positif pada market dan diprediksi makin kuat hingga pekan-pekan ke depan," ujarnya.
Terakhir, terkait sentimen IHSG yang mencatatkan ATH baru, jelas Angga, setelah 2 tahun lebih IHSG bergerak sideways dan gagal membentuk level tertinggi baru di atas 7.500, pada 21 Agustus 2024 lalu IHSG berhasil mencetak level tertinggi baru yaitu sempat menyentuh level 7.595. Hal ini ditopang oleh arus beli asing pada pasar modal dalam negeri pada obligasi dan saham.
"Arus masuk asing karena beberapa hal, yakni USD-IDR yang menguat karena melemahnya nilai tukar dolar AS, prospek penurunan suku bunga membuat aset beralih ke emerging market yang lebih agresif dan prospek Kamala Harris yang dapat menyaingi Trump dan kebijakannya yang lebih tidak Amerika sentris," jelas Angga.
Selain itu, Powell juga menyampaikan pernyataan pada simposium Jackson Hole, Wyoming terkait sinyal yang lebih jelas mengenai penurunan suku bunga The Fed. Ketua The Fed Jerome Powell juga mengatakan waktunya telah tiba bagi Bank Sentral Amerika Serikat (AS) untuk menurunkan suku bunga, mengingat meningkatnya risiko terhadap pasar tenaga kerja dan inflasi yang semakin mendekati target 2 persen.
Melihat kondisi tersebut, Angga mengimbau para trader untuk memerhatikan dua sentimen yakni inflasi PCE AS dan PMI China. Angga menjelaskan inflasi PCE AS semakin mendekati target inflasi the Fed dan nilai di bawah konsensus.
Angka 2,5 persen akan baik untuk market. Selanjutnya sentimen PMI China pada Sabtu mendatang, di mana di akhir bulan Juli berada di bawah level ekspansif 50, yaitu di level 49,8.
Jika PMI China Agustus berada di atas 50 akan baik untuk Indonesia karena menandakan aktivitas manufaktur China kembali meningkat dan China merupakan pangsa pasar terbesar ekspor Indonesia.
Ia pun merekomendasikan 3 saham dan 1 Power Fund Series untuk trading pada pekan ini hingga Jumat, 30 Agustus 2024.
1. Buy PTBA (Support 2.670, Resist 2.900). Meningkatnya harga batu bara beberapa minggu terakhir dipicu oleh potensi diturunkannya suku bunga yang bisa memicu permintaan energi untuk aktivitas ekonomi.
2. Buy BFIN (Support 980, Resist 1.100). Emiten ini berhasil breakout di atas level resistance 950 dan bertahan uptrend di atas MA5,10,20.
3. Buy on Pullback MAPI (Support 1.415, Resist 1.590). Kembalinya aktivitas ekonomi dan biaya konsumsi yang akan lebih rendah ke depannya karena suku bunga diturunkan menjadi sentimen positif untuk emiten ritel yang akan kembali boost permintaan secara overall.
4. Reksa Dana Premier ETF MSCI Indonesia Large Cap (XIML) - Power Fund Series (PFS). Ini dapat menjadi pilihan terbaik karena penurunan suku bunga hampir pasti terjadi di September oleh the Fed.
Sedangkan BI sudah memberikan pernyataan akan menurunkan suku bunga di kuartal IV nanti, sehingga investor dapat mulai mengatur posisi untuk masuk XIML karena terdapat 7 saham penopang IHSG di dalamnya yang berkapitalisasi besar dan sensitif terhadap arus masuk modal asing.