Kamis 01 Aug 2024 09:53 WIB

UMKM Meroket, Indeks Bisnis BRI Catat Kenaikan Signifikan

Indeks Bisnis UMKM pada Triwulan II 2024 tercatat di level 109,9.

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) mempublikasikan Indeks Bisnis UMKM Triwulan II 2024 pada Kamis (1/8/2024).
Foto: BRI
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) mempublikasikan Indeks Bisnis UMKM Triwulan II 2024 pada Kamis (1/8/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) mempublikasikan Indeks Bisnis UMKM Triwulan II 2024 pada Kamis (1/8/2024). Dalam publikasi tersebut terlihat bahwa ekspansi bisnis UMKM mulai membaik, tercermin dari Indeks Bisnis UMKM pada Triwulan II 2024 tercatat di level 109,9, atau meningkat dari 102,9 pada kuartal sebelumnya.

Terkait dengan hal tersebut, Direktur Bisnis Mikro BRI Supari menjelaskan ekspansi bisnis UMKM yang mulai membaik ditopang oleh empat faktor utama. Pertama, adanya Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) yang mendorong peningkatan permintaan terhadap barang dan jasa-jasa serta didukung oleh adanya THR yang meningkatkan daya beli pekerja. Kedua, kondisi El-Nino mereda, adanya panen raya tanaman pangan dan harga beberapa komoditas perkebunan membaik yang berdampak pada peningkatan kinerja sektor pertanian serta memberikan spillover effects terhadap sektor lain.

Baca Juga

"Selanjutnya peningkatan sektor konstruksi seiring dengan mulai bergulirnya proyek-proyek pemerintah dan didukung oleh cuaca yang semakin kondusif. Dan terakhir libur HBKN dan sekolah memberikan dampak yang positif bagi sektor pariwisata dan sektor terkait,” urai Supari.

Supari juga menambahkan kondisi likuiditas dan rentabilitas UMKM pada Triwulan II 2024 juga membaik, sejalan dengan membaiknya ekspansi bisnis UMKM karena faktor musiman. Namun demikian, meskipun ekspansi bisnis UMKM mulai membaik, sebagian pelaku UMKM tetap mengeluhkan daya beli masyarakat yang belum sepenuhnya pulih, kenaikan harga barang input dan persaingan yang semakin ketat serta menilai ekspansi tersebut sebagian didorong oleh faktor musiman HKBN dan panen raya.

“Oleh karena itu, seiring dengan berlalunya HBKN dan panen raya, ekspansi bisnis UMKM diperkirakan akan kembali mengalami normalisasi sebagaimana ditunjukkan oleh indeks ekspektasi bisnis UMKM yang menurun menjadi 126,4 pada Q2-2024 dari 129,9 pada kuartal sebelumnya. Namun, indeks ekspektasi tetap di atas 100 mengindikasikan bisnis UMKM masih prospektif,” ujar Supari.

photo
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) mempublikasikan Indeks Bisnis UMKM Triwulan II 2024 pada Kamis (1/8/2024). - (BRI)

Sejalan dengan kegiatan usaha yang mulai membaik, sentimen pebisnis UMKM juga turut membaik terutama didorong oleh membaiknya penilaian pelaku UMKM terhadap kondisi terkini (Indeks Situasi Sekarang). Peningkatan sentimen tersebut terjadi di hampir semua sektor usaha dan untuk tiga bulan mendatang pelaku UMKM tetap optimis kondisi ekonomi secara umum, sektor usaha dan usahanya akan membaik.

“Kepercayaan pelaku UMKM terhadap kemampuan pemerintah menjalankan tugas-tugas utamanya tetap tinggi (IKP berada pada level 130,5, jauh di atas 100). Penilaian tertinggi diberikan untuk komponen yang menyatakan kemampuan pemerintah menciptakan rasa aman dan tenteram,” jelas Supari.

BRI hingga akhir Triwulan II 2024 masih menjadi penyalur kredit teritinggi kepada segmen UMKM di Indonesia. Pada paparan Press Conference Kinerja Keuangan BRI Triwulan II 2024 di Jakarta (25/7/2024), Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan hingga akhir Juni 2024, Perseroan berhasil menyalurkan kredit kepada segmen UMKM senilai Rp 1.095,64 triliun atau setara 81,69 persen dari total penyaluran kredit BRI.

“Salah satu bentuk komitmen BRI dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional yakni dengan tetap mendorong penciptaan lapangan pekerjaan khususnya pada segmen UMKM melalui penyaluran kredit yang berkualitas,” ujar Sunarso.

Apabila dirinci, penyaluran kredit BRI kepada segmen UMKM senilai Rp 1.095,64 triliun terdiri dari segmen mikro sebesar Rp 623 triliun, segmen kecil Rp 232,3 triliun, segmen konsumer Rp 198,8 triliun dan segmen menengah senilai Rp 41,5 triliun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement