Selasa 28 May 2024 21:22 WIB

Siap-Siap Inflasi Global, Ekonom Sebut Serangan Rafah Berdampak pada Jalur Perdagangan

Peralihan rute dari Suez membuat biaya logistik naik signifikan.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Lida Puspaningtyas
Kapal melintasi Terusan Suez.
Foto: EPA-EFE/KHALED ELFIQI
Kapal melintasi Terusan Suez.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tragedi di Rafah, Palestina berdampak signifikan pada perekonomian global. Kepala Divisi Riset Ekonomi Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Suhindarto mengatakan, serangan udara Israel yang mengakibatkan kebakaran di tenda-tenda pengungsi di Kota Rafah dipastikan akan berdampak pada jalur perdagangan internasional yang melalui Terusan Suez. Sepanjang jalur tersebut kini masih terdisrupsi.

"Arus lalu lintas pelayaran yang melewati Terusan Suez mengalami penurunan  dibandingkan dengan tahun lalu. Namun, hal ini bukanlah terjadi baru-baru ini, melainkan sejak  akhir tahun 2023 lalu pasca adanya serangan dari kelompok bersenjata Houthi terhadap kapal kapal yang terafiliasi dengan Israel. Adanya eskalasi konflik akan semakin membuat kemungkinan perbaikan kondisi jalur pelayaran  yang melewati Terusan Suez dalam waktu dekat mengalami kemungkinan yang makin mengecil," ungkapnya kepada Republika, Selasa (28/2/2024).

Baca Juga

Hal senada disampaikan Kepala Center of Digital Economy and SMEs Indef Eisha Magfiruha Rachbini. Ia mengatakan konflik di Timur Tengah ini sangat berdampak pada perdagangan internasional, salah satunya melalui jalur perdagangan.

"Sejak pecah konflik 7 Oktober 2023, terjadi penurunan jumlah kontainer yang lewat Terusan Suez, banyak kapal-kapal yang menjauh dari Terusan Suez dan ini membuat waktu tempuh lama dan biaya tinggi," tutur Eisha.

Perlintasan perbatasan Rafah direbut oleh pasukan Israel awal bulan ini ketika militer memperluas invasi daratnya ke Gaza hingga ke Kota Rafah di selatan. Pendudukan penyeberangan tersebut meningkatkan ketegangan antara Mesir dan Israel, mengancam perdamaian selama 45 tahun antara kedua negara, yang sebelumnya telah berperang empat kali. 

Pengambilalihan penyeberangan oleh Israel membuat marah Mesir. Sumber militer Mesir sebelumnya mengatakan kepada Middle East Eye bahwa “tidak ada koordinasi operasional” antara Mesir dan Israel sebelum penyeberangan itu direbut. 

Sepekan setelah Israel menyerbu penyeberangan tersebut, Mesir mengerahkan pengangkut personel lapis baja tambahan dan tentara ke perbatasannya dengan Gaza di timur laut Sinai, menurut Yayasan Hak Asasi Manusia Sinai. Kairo juga menolak membuka perbatasan dari sisi Mesir sampai militer Israel menarik diri, dengan mengatakan bahwa pengoperasian perbatasan tersebut semata-mata merupakan urusan Mesir-Palestina.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement