Rabu 27 Dec 2023 12:40 WIB

Ekonomi Makin Jeblok, Israel Krisis Tenaga Kerja dan Dihantui Pengangguran

Ada hampir sejuta pengangguran baru di Israel sejak agresi berlangsung.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Fuji Pratiwi
Riset menyebut, pasukan cadangan Israel diambil dari tenaga kerja aktif yang akhirnya harus ikut perang.
Foto: EPA-EFE/ALAA BADARNEH
Riset menyebut, pasukan cadangan Israel diambil dari tenaga kerja aktif yang akhirnya harus ikut perang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kondisi ekonomi Israel makin jeblok karena perang melawan Hamas di Gaza, Palestina. Dilansir The New York Times pada Rabu (27/12/2023), menurut pusat penelitian, perekonomian Israel diperkirakan merosot sebesar 2 persen pada kuartal akhir 2023 ini.

Hal ini disebabkan Israel mengalami krisis tenaga kerja akibat dari perang terhadap warga Palestina. Terhitung ratusan ribu pekerja Israel terpaksa mengungsi akibat perang dengan Hamas atau diberdayakan sebagai tentara cadangan.

Baca Juga

Menurut laporan lembaga non-partisan di Israel, Taub Center for Social Policy Studies, jumlah ini pun menambah sekitar 20 persen angkatan kerja Israel hilang dari pasar tenaga kerja pada Oktober atau naik 3 persen sebelum pertempuran dimulai.

Tak hanya itu, perang juga mengakibatkan lonjakan pengangguran mencapai sekitar 900 ribu orang. Baik pekerja yang diminta ikut berperang, tinggal di rumah untuk mengasuh anak-anak karena sekolah ditutup, dievakuasi karena berada dekat perbatasan Lebanon dan Gaza, maupun tidak dapat bekerja karena kerusakan rumah maupun industri setempat.

Meskipun, beberapa sekolah telah dibuka kembali dan sebagian pekerja Israel bisa bekerja dari jarak jauh. Namun dampak ekonomi akibat perang sangat besar, terutama hingga saat ini belum akan berakhir.

Analis ekonomi pun menilai proyeksi pertumbuhan Israel tahun depan bisa lebih rendah dari perkiraan sebelumnya, yakni hanya dapat tumbuh sebesar 0,5 persen. Meski demikian, Bank of Israel memberikan proyeksi paling optimis sebesar 2 persen, dengan alasan pemulihan Israel yang lebih cepat dari perkiraan dari perang sebelumnya dan dari pandemi Covid-19.

"Berbagai proyeksi yang kami lihat berasal dari beberapa asumsi berbeda mengenai berapa lama dan seberapa intens pertempuran akan berlangsung," kata Wakil presiden penelitian di Israel Democracy Institute, Karnit Flug dan Mantan gubernur Bank Dunia Israel tersebut.

Menurut Taub Center juga, ratusan ribu pekerja di Israel berbondong-bondong mengajukan tunjangan pengangguran sejak perang dimulai pada 7 Oktober. Tercatat, hingga Ahad lalu, 191.666 orang di Israel telah mengajukan tunjangan pengangguran dan sebagian besar mengatakan mereka mengalami cuti paksa yang tidak dibayar.

Kekurangan pekerja terparah di pariwisata ...

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement