Senin 16 Oct 2023 10:30 WIB

Utang Luar Negeri Indonesia Turun Jadi Rp 6.205,3 Triliun, BI: Struktur Tetap Sehat

Rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto turun menjadi 29,1 persen.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Lida Puspaningtyas
Utang luar negeri (ULN) Indonesia (ilustrasi).
Foto: Tim Infografis Republika.co.id
Utang luar negeri (ULN) Indonesia (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) melaporkan utang luar negeri (ULN) Indonesia pada Agustus 2023 mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya. Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono mengatakan posisi ULN Indonesia pada akhir Agustus 2023 tercatat sebesar 395,1 miliar dolar AS atau Rp 6.205,3 triliun.

"Posisi ULN ini turun dibandingkan dengan posisi ULN akhir Juli 2023 yang mencapai 397,1 miliar dolar AS," kata Erwin dalam pernyataan tertulisnya, Senin (16/10/2023).

Dia menjelaskan, penurunan posisi ULN tersebut bersumber dari ULN sektor publik dan swasta. Dengan perkembangan tersebut, Erwin menuturkan, ULN Indonesia secara tahunan mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 0,8 persen secara tahunan.

"Kontraksi ini lebih dalam dibandingkan dengan kontraksi pada bulan sebelumnya sebesar 0,7 persen secara tahunan," ucap Erwin.

Dengan perkembangan tersebut, Erwin menegaskan, struktur ULN Indonesia tetap sehat. Hal tersebut didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya.

Dia mengungkapkan, ULN Indonesia pada Agustus 2023 tetap terkendali. Hal tersebut tercermin dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang turun menjadi 29,1 persen dari 29,2 persen pada bulan sebelumnya. Selain itu juga didominasi oleh ULN jangka panjang dengan pangsa mencapai 87,4 persen dari total ULN.

Dalam rangka menjaga agar struktur ULN tetap sehat, Erwin memastikan Bank Indonesia dan pemerintah terus memperkuat koordinasi dalam pemantauan perkembangan ULN. Hal tersebut didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya.

 

"Peran ULN juga akan terus dioptimalkan dalam menopang pembiayaan pembangunan dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan, dengan meminimalisasi risiko yang dapat mempengaruhi stabilitas perekonomian," jelas Erwin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement