Rabu 12 Nov 2025 17:05 WIB

KAI Jadikan China Acuan Pengembangan Kereta di Indonesia

Bobby juga menekankan pentingnya pengembangan jaringan kereta logistik.

Penumpang menunggu kedatangan kereta cepat Whoosh di Stasiun Whoosh Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Ahad (15/12/2024).
Foto: ANTARA FOTO/Abdan Syakura
Penumpang menunggu kedatangan kereta cepat Whoosh di Stasiun Whoosh Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Ahad (15/12/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING — Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI, Bobby Rasyidin, menyebut China menjadi acuan utama bagi percepatan pengembangan jaringan perkeretaapian nasional. Menurutnya, kemajuan sistem, operasi, dan industri perkeretaapian di China merupakan yang paling maju di dunia.

“Tujuan kunjungan ke China ini adalah untuk belajar, bermitra, dan mempercepat pengembangan jaringan kereta penumpang maupun logistik di Indonesia,” ujar Bobby di Beijing, China, Rabu (12/11/2025).

Baca Juga

Bobby mendampingi Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi, Direktur Jenderal Perkeretaapian Allan Tandiono, serta sejumlah pejabat terkait dalam kunjungan ke Beijing, Qingdao, dan beberapa kota lainnya untuk bertemu dengan Menteri Transportasi China serta para pemangku kepentingan industri perkeretaapian.

“China saat ini nomor satu di dunia dalam hal sistem, operasi, jaringan, dan industri kereta. Kondisi geografis dan demografis Indonesia mirip dengan China, sehingga kami melihat penting untuk belajar langsung dari mereka,” katanya.

Bobby mengatakan kunjungan tersebut menjadi langkah strategis dalam mempercepat pengembangan perkeretaapian di Indonesia, sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto. Fokus utama pengembangan mencakup penguatan jaringan di Pulau Jawa, peremajaan sarana angkutan, serta peningkatan kenyamanan dan kualitas layanan kereta rel listrik (KRL).

Selain transportasi penumpang, Bobby juga menekankan pentingnya pengembangan jaringan kereta logistik di luar Pulau Jawa.

“Presiden meminta jaringan logistik juga dikembangkan di Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatera. Di China, panjang rel mencapai 120 ribu kilometer, sementara di Indonesia baru sekitar 7 ribu kilometer,” ujarnya.

Ia mengakui, Indonesia masih tertinggal jauh dalam hal jaringan rel, namun berharap kunjungan tersebut menghasilkan kesepahaman strategis dengan pemerintah, industri, dan investor China.

“Mereka mampu mengangkut ratusan juta penumpang setiap hari, sedangkan kami di Jabodetabek baru 1,1 juta. Karena itu, kami harus berani melakukan lompatan besar,” tegas Bobby.

Sebelumnya, saat meresmikan Stasiun Tanah Abang pada 4 November 2025, Presiden Prabowo meminta KAI menambah 30 titik perpanjangan rel dan rangkaian kereta baru dalam waktu satu tahun. Presiden juga menekankan pentingnya memperluas jalur kereta ke luar Pulau Jawa untuk memperkuat angkutan logistik sekaligus meningkatkan jumlah penumpang nasional yang saat ini mencapai 486 juta per tahun.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement