Rabu 13 Sep 2023 23:15 WIB

Menperin Dukung Hilirisasi Nikel Jadi Bahan Baku Baterai Kendaraan Listrik

Nilai tambah nikel dapat mencapai 19 kali bila diolah menjadi bahan baku baterai.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Fuji Pratiwi
Ground Menteri Perindustrian RI Agus Gumiwang, di Bogor, Jawa Barat, Senin (26/12/2022).
Foto: Republika/Shabrina Zakaria
Ground Menteri Perindustrian RI Agus Gumiwang, di Bogor, Jawa Barat, Senin (26/12/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian (Kemenperin) fokus mengembangkan ekosistem kendaraan listrik atau Electric Vehicle (EV). Fokus itu sejalan dengan upaya industrialisasi berbasis hilirisasi sumber daya alam mineral.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, peningkatan nilai tambah nikel sebagai salah satu komoditas mineral dapat mencapai 19 kali bila diolah menjadi bahan baku baterai. Hanya saja, hingga 2020, sebagian besar pengolahan bijih nikel di Indonesia berada pada jalur produksi NPI dan FeNi, bukan untuk produksi baterai.

Baca Juga

“Karenanya pemerintah terus mendukung upaya pertumbuhan industri dalam negeri khususnya industri hilirisasi sumber daya alam mineral dan pengembangan EV di Tanah Air,” ujar Agus pada Penandatanganan Perjanjian Proyek Baterai HPAL di Jakarta, seperti dilansir siaran pers, Rabu (13/9/2023). Penandatanganan itu dilakukan oleh PT Anugrah Neo Energy Materials sebagai investor dengan mitra strategis PT Gotion Indonesia Materials.

Proyek baterai HPAL akan mengubah bijih nikel atau limonite menjadi Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) dengan proses hydrometallurgy yang menggunakan teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL). Dijelaskan, salah satu keunggulan smelter HPAL yaitu dapat menggunakan limonite, yang merupakan bijih nikel kadar rendah sebagai feedstock. 

Biji nikel jenis limonite juga kaya dengan kandungan Co (cobalt) yang dibutuhkan untuk katoda baterai jenis Nickel Manganese Cobalt (NMC). “Dengan target kuantitatif pengembangan industri kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB) untuk roda empat dan lebih sebesar 400 ribu unit pada 2025, dan satu juta unit pada 2035, proyeksi kebutuhan nikel sebagai bahan baku baterai khususnya jenis baterai NMC 811 akan terus meningkat,” jelas dia.

Proyek Baterai HPAL antara PT Anugrah Neo Energy Materials (ANEM) berstatus 100 persen PMDN dan dengan mitra strategis PT Gotion Indonesia Materials (GIM) yang berstatus PMA. Proyek tersebut akan berlokasi di Neo Energy Buleleng Industrial Park (NEBIP), Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah.

Kerja sama ini nantinya akan menjadi operasi yang terintegrasi secara vertical, yang menggabungkan sumber daya tambang dengan Fasilitas HPAL, guna memproses Bijih Ni menjadi MHP dan Ni/Co Sulfat, yang merupakan bahan prekursor katoda untuk produksi baterai EV.

Keberadaan proyek baterai HPAL tersebut diharapkan menambah kapasitas MHP nasional sebanyak 120 ribu MT per tahun.

Sebagai aspek utama dalam produksi EV, jalur panjang produksi baterai EV dari bijih limonite tersebut memerlukan dukungan terintegrasi dari berbagai sektor industri terkait. Kemenperin pun terus mendukung dan memfasilitasi kebutuhan pelaku usaha industri di dalam negeri yang berkontribusi terhadap keberhasilan program hilirisasi.

“Pada kesempatan ini, kami memberikan apresiasi kepada seluruh investor dan jajaran Direksi PT Anugrah Neo Energy Materials dan PT Gotion Indonesia Materials atas komitmennya dalam membangun industri smelter nikel di Indonesia. Langkah ini turut menyukseskan program hilirisasi serta menjadi langkah penting menuju Indonesia Emas 2045,” tutur Agus. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement