REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR — Kantor Perwakilan Bursa Efek Indonesia (BEI) Denpasar, Bali, melakukan inisiatif "jemput bola" untuk menarik perusahaan lokal agar dapat melantai di bursa saham atau go public. Salah satu upaya jemput bola itu adalah melakukan pertemuan intensif dan lokakarya yang diikuti sejumlah perusahaan potensial untuk melakukan penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) kepada publik.
"Salah satu tujuan go public itu untuk menjaga keberlangsungan usaha agar berjalan baik dan jangka panjang tetap ada," kata Kepala BEI Denpasar I Gusti Agus Andiyasa di Denpasar, Bali, Ahad (16/11/2025).
"Setiap tahun kami terus adakan untuk mendorong dan mengingatkan mereka persiapan untuk IPO," katanya, menambahkan.
Sejumlah keuntungan bisa didapatkan korporasi apabila melantai di bursa saham di antaranya mendapatkan dana segar berkelanjutan untuk modal usaha, tata kelola perusahaan, perusahaan makin dikenal hingga adanya penawaran insentif pajak dari pemerintah, katanya, menjelaskan.
Ia mengatakan BEI siap memberikan pendampingan untuk memperbaiki standar akuntabilitas, legalitas, hingga tata kelola yang baik, mengingat kondisi itu menjadi beberapa kendala yang dihadapi perusahaan ketika ingin melakukan IPO.
BEI Denpasar mencatat hingga saat ini ada delapan perusahaan yang bermarkas di Bali yang sudah tercatat di lantai bursa.
"Sampai saat ini transaksi berjalan baik dan harga sahamnya juga dalam batas wajar," ujar dia.
Delapan perusahaan itu bergerak di sektor pertanian, minuman, ritel, kesehatan, farmasi hingga perusahaan olahraga.
Sementara itu, Direktur Utama BEI Iman Rachman di sela lokakarya jurnalis pasar modal di Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali, Sabtu (15/11), menjelaskan secara nasional per 7 November 2025, total jumlah perusahaan tercatat saham mencapai 954 perusahaan.
Ada pun rata-rata nilai transaksi saham harian mencapai Rp16,64 triliun dan nilai kapitalisasi pasar tertinggi mencapai Rp15.559 triliun pada 10 Oktober 2025.
Sedangkan total investor saham, obligasi dan reksa dana per 7 November 2025 mencapai 19,3 juta investor, sebanyak 228 ribu investor aktif melakukan transaksi harian.
"Komposisi emiten berkapitalisasi pasar terbesar, saat ini bergeser dari sektor perbankan pada 2020 ke sektor energi dan teknologi pada 2025," kata Direktur Utama BEI.