REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Bank sentral Inggris atau Bank of England menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin menjadi 5,25 persen. Angka ini menjadi yang tertinggi sejak Februari 2008. Kebijakan ini disebut menjadi upaya untuk meredam inflasi.
Dikutip dari Zawya, Jumat (4/8/2023), Bank of England menyatakan, kenaikan itu bertujuan untuk memastikan inflasi terus turun dan tetap rendah. Bank sentral Inggris berekspektasi inflasi bisa mencapai target 2 persen pada awal 2025.
Inflasi Inggris berada di level 7,3 persen pada Juni 2023. Angka itu sudah turun dari level tertingginya sebesar 9,6 persen pada Oktober 2022. Kondisi inflasi tersebut menjadi yang tertinggi sejak 30 tahun terakhir.
Senior Market Strategist ADSS, Mahmoud Alkudsi menyampaikan, suku bunga akan bertahan di atas 5 persen hingga 2024.
"Dengan 5,75 persen atau bahkan 6 persen bisa terjadi tahun ini, kemungkinan suku bunga bertahan di atas level 5 persen sepanjang 2024 semakin meningkat. Pasar melihat ini sebagai skenario yang paling memungkinkan," ungkapnya.
Kondisi ini membuat suku bunga Bank of England semakin dekat dengan suku bunga Bank Indonesia. Seperti diketahui, suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate masih bertahan di level 5,75 persen. Sementara itu, bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserve) telah menaikkan target suku bunga acuan menjadi kisaran 5,25 persen-5,5 persen pada Juli 2023.