Jumat 04 Aug 2023 17:23 WIB

Reksa Dana Ini Bisa Jadi Pilihan saat The Fed Berpeluang Tahan Suku Bunga

Investasi reksa dana pendapatan tetap dan reksa dana saham dinilai menarik saat ini.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Fuji Pratiwi
Investasi reksa dana
Foto: Republika/Edwin DP
Investasi reksa dana

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (the Fed) diperkirakan tidak akan menaikkan suku bunga sebesar 25 bps pada pertemuan FOMC September mendatang. The Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunga di level 5,25 persen-5,5 persen.

"Dengan ekspektasi The Fed akan menahan suku bunga di bulan-bulan mendatang, maka kami melihat ada peluang investasi yang menarik di Reksa Dana Pendapatan Tetap dan Reksa Dana saham," kata Direktur Investasi BNI Asset Management Putut Endro Andanawarih dalam keterangannya, Jumat (4/8/2023).

Baca Juga

Putut menambahkan pasar obligasi Indonesia masih terlihat menarik, salah satunya ditunjukkan dari pergerakan yield obligasi Indonesia tenor 10 tahun relatif masih atraktif dibandingkan di Asia walaupun sudah menurun dari 6,9 persen menjadi 6,25 persen sepanjang 2023. Selain itu, capital Inflow dari investor asing selama 2023 masih positif sebesar Rp 94 triliun, jauh dibandingkan capital outflow yang terjadi sejak 2020 sebesar Rp 302 triliun.

Hal tersebut membuat Indonesia masih sangat berpotensi mendapatkan tambahan capital inflow dengan yield yang lebih menarik. Dalam melakukan alokasi aset investasi, tentunya investor perlu memperhitungkan profil risiko.

Apabila investor memiliki profil risiko yang defensive-moderate, maka Reksa Dana Pendapatan Tetap seperti Reksa Dana BNI-AM Teakwood atau Reksa Dana BNI-AM Pendapatan Tetap Syariah Ardhani masih menarik untuk menjadi alokasi investasi.

Namun, untuk investor yang memiliki profil risiko yang lebih agresif, maka Reksa Dana Indeks Saham seperti BNI AM Indeks IDX30 masih potensial untuk menjadi pilihan investasi dengan target return yang lebih menarik. Kelas aset saham dinilai masih sangat atraktif, mengingat IHSG cenderung naik sebesar 0,87 persen sejak awal tahun hingga awal Agustus 2023 ini.

Dari sisi net foreign inflow masih diestimasi meningkat, dengan potensi penurunan suku bunga ke depannya, kondisi makro ekonomi yang stabil dan juga pemulihan ekonomi domestik di Indonesia. Investor disarankan untuk melakukan subscription secara gradual atau dengan metode Dollar Cost Averaging, sembari menunggu keputusan The Fed selanjutnya pada bulan September 2023 mendatang.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement