Selasa 11 Jul 2023 10:24 WIB

PKT Ubah Limbah Cangkang Rajungan Jadi Pupuk Kitosan Cair

Inovasi kitosan cair berawal dari cukup tingginya produksi limbah rajungan.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Friska Yolandha
 Pekerja mengupas cangkang Rajungan. PKT ubah limbah cangkang rajungan menjadi pupuk cair kitosan.
Pekerja mengupas cangkang Rajungan. PKT ubah limbah cangkang rajungan menjadi pupuk cair kitosan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim) atau PKT berkomitmen mengedepankan prinsip Environment, Social and Governance (ESG) dalam aktivitas bisnis perusahaan. Direktur Utama Pupuk Kaltim, Rahmad Pribadi, mengatakan perusahaan terus mendorong langkah perbaikan lingkungan melalui inovasi dan pemberdayaan masyarakat di berbagai bidang. 

"Hal ini pun diwujudkan pada sejumlah inisiasi program yang membawa perubahan bagi kawasan hingga tata kelola lingkungan secara signifikan," ujar Rahmad dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (11/7/2023).

Baca Juga

Rahmad menyampaikan salah satu inovasi yang dilakukan ialah olahan limbah cangkang rajungan menjadi pupuk Kitosan cair, dengan konsep pemberdayaan berkelanjutan. Rahmad menyampaikan program inovasi kitosan cair berawal dari cukup tingginya produksi limbah hasil laut di kawasan pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur yang mana masyarakat setempat yang berprofesi sebagai nelayan tangkap hanya menjual hasil pemilahan rajungan dengan sisa cangkang yang terbuang begitu saja. 

Rahmad mengatakan masih banyak masyarakat yang berpikir membuang limbah cangkang ke laut dapat mengurai bahan tersebut secara alami. Namun dalam kenyataannya, hal itu justru menimbulkan sedimentasi hingga menyebabkan kenaikan volume air dan pendangkalan dasar laut. 

"Melihat kondisi ini, Pupuk Kaltim mengambil peran merubah pola pikir masyarakat dengan menggencarkan edukasi untuk mendorong kesadaran bersama agar mengelola limbah dengan lebih bertanggung jawab," ucap Rahmad.

Hal ini juga didasari banyaknya mitra binaan Pupuk Kaltim berkecimpung di bidang kelautan, dan beberapa di antaranya menjual produk olahan kepiting hingga udang yang juga belum tertib dalam mengelola limbah. Sesuai dengan komitmen ESG, lanjut Rahmad, Pupuk Kaltim pun berupaya mengubah pola pikir masyarakat agar lebih bertanggung jawab dalam mengelola limbah, serta tidak membuang sisa hasil tangkapan kembali ke laut.

Tantangan besarnya, lanjut Rahmad, sulitnya pengelolaan, serta tidak adanya potensi pengembangan produk lain dari hasil buangan tersebut. Hal ini pun akhirnya melahirkan inovasi kitosan cair yang dikembangkan Pupuk Kaltim melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) dengan memanfaatkan limbah kepiting dan rajungan yang setiap hari bertumpuk untuk dibuang. 

"Pengembangan inovasi ini dimulai sejak 2018, dengan membentuk Kelompok Cangkang Salona di kawasan pesisir Selambai Kelurahan Loktuan, yang merupakan wilayah terdekat Pupuk Kaltim," sambung Rahmad.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement