REPUBLIKA.CO.ID, PADANG — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memastikan literasi dan inklusi keuangan terus ditingkatkan. Kepala Literasi, Inklusi, dan Komunikasi OJK Aman Santosa mengatakan saat ini masih ada gap atau jarak antara literasi dan inklusi keuangan di tengah masyarakat.
“Literasi keuangan Indonesia 49 persen dan inklusinya 85 persen. Masih ada gap masih cukup besar,” kata Aman di Padang, Sumatra Barat, Rabu (21/6/2023) malam.
Dia menuturkan, saat ini masyarakat sudah banyak melakukan interaksi dan menggunakan layanan dari sektor jasa keuangan. Hanya saja masih banyak masyarakat yang belum belajar dalam menggunakan produk jasa keuangan.
Untuk itu, Aman menuturkan OJK akan berusaha untuk menghadapi tantangan mempersempit gap tersebut. Terlebih, gap tersebut kondisinya berbeda untuk di desa dan juga di wilayah perkotaan serta masing-masing daerah.
“Tapi secara keseluruhan semua mengalami kenaikan literasi, inklusi meningkat meskipun ada gap. Kami ingin bangun suatu ekosistem di perdesaan bagaimana masyarakat desa naik inklusi dan literasi keuangan,” ungkap Aman.
Terlebih, menurut Aman, masih banyak masyarakat yang menggunakan produk keuangan namun tidak memiliki pemahaman yang cukup. Hal itu terlihat dari masih adanya korban investasi bodong dan pinjaman online ilegal.
“Makanya kami harus masuk wilayah desa tingkatkan literasi dan inklusi keuangan,” tutur Aman.
OJK pada Kamis (22/6/2023) akan melakukan kick off Generic Model Ekosistem Keuangan Inklusif di Kampuang Minang Nagari Sumpu, Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat. Rencananya model ekosistem tersebut akan diaplikasikan juga di wilayah tersebar di Indonesia untuk meningkatkan literasi dan inklusi keuangan masyarakat Indonesia.