Rabu 03 Dec 2025 18:08 WIB

Unilever Sebut Temukan Masalah dalam Audit Terhadap Ben & Jerry's Foundation yang Dukung Palestina

Audit tersebut juga menemukan kekurangan pada kebijakan kepatuhan lainnya.

Logo Unilever.
Foto: AP Photo/Tatan Syuflana
Logo Unilever.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Audit terhadap Ben & Jerry's Foundation, lembaga nirlaba di Amerika Serikat yang didanai sepenuhnya oleh merek es krim tersebut, menemukan adanya kekurangan dalam sistem pengendalian keuangan dan tata kelola. Temuan itu diungkapkan Magnum, unit Unilever yang akan dipisahkan pekan depan dan akan menjadi pemilik Ben & Jerry's.

Audit tersebut juga menemukan kekurangan pada kebijakan kepatuhan lainnya, termasuk terkait konflik kepentingan, menurut pernyataan Magnum Ice Cream Co, unit Unilever yang berdiri independen. Rencananya, Magnum akan mewarisi perselisihan panjang antara Unilever dan Ben & Jerry's yang dipicu oleh sikap progresif merek tersebut terkait wilayah Palestina yang diduduki Israel. Magnum melakukan audit sebagai bagian dari penerapan tata kelola yang baik menjelang pemisahan unit tersebut.

Baca Juga

Juru bicara Unilever menguatkan alasan tersebut dalam komentarnya kepada Reuters, Rabu (3/12/2025). Magnum juga mengambil langkah yang diperlukan dalam menindaklanjuti temuan audit. Ben & Jerry's maupun yayasan terkait tidak memberikan komentar atas permintaan Reuters. Namun, salah satu pendiri Ben & Jerry's, Ben Cohen, pada Oktober lalu mengatakan bahwa ia memperkirakan konflik antara merek tersebut dan pemilik barunya akan meningkat setelah pemisahan.

Magnum tidak mempublikasikan detail temuan audit, tetapi menyampaikan bahwa hasilnya telah diserahkan kepada Ben & Jerry's Foundation. Magnum juga berupaya bekerja sama dengan yayasan itu untuk memperkuat tata kelola melalui penerapan kode etik, kebijakan konflik kepentingan, masa jabatan pembina, serta uji kelayakan dan pengendalian keuangan atas pemberian hibah.

Magnum menyatakan para pembina yayasan belum sepenuhnya menindaklanjuti kekurangan tersebut. Pernyataan ini disampaikan sebagai respons atas pertanyaan Reuters mengenai audit itu.

Menurut dua sumber yang mengetahui masalah ini, para pembina telah menandatangani kode etik dalam beberapa pekan terakhir. Kedua sumber yang tidak berwenang berbicara kepada media itu mengatakan audit tidak menemukan tindakan melanggar hukum, pelanggaran etika, ataupun pelanggaran aturan.

Unilever dan Magnum semakin menekan Ben & Jerry's menjelang pemisahan, mengingat merek es krim tersebut akan menjadi porsi penjualan yang jauh lebih besar bagi perusahaan baru. Ben & Jerry's juga menjadi salah satu dari sedikit perusahaan di Amerika Serikat yang secara terbuka menyampaikan pandangan yang menentang kebijakan yang didukung Presiden AS Donald Trump dan terhadap perang Israel di Gaza.

Pendapatan tahunan Ben & Jerry's sebesar 1,1 miliar euro (setara sekitar 1,28 miliar dolar AS) menyumbang hampir 14 persen dari omzet global Magnum, dibandingkan hanya 1,8 persen dari total pendapatan Unilever.

Pada awal tahun ini, Unilever mengancam akan menghentikan pendanaan kepada yayasan kecuali yayasan tersebut menyetujui audit, menurut laporan Reuters. Yayasan itu menerima pendanaan sekitar 5 juta dolar AS per tahun dari Ben & Jerry's, dan Magnum menyatakan akan tetap mendanai yayasan tersebut sepenuhnya selama isu-isu yang ditemukan dapat diselesaikan.

Sumber Reuters menuturkan bahwa Jerry Greenfield, salah satu pendiri Ben & Jerry's yang sebelumnya mengundurkan diri sebagai "brand ambassador", juga akan mengundurkan diri sebagai pembina yayasan. Greenfield tidak menanggapi permintaan komentar.

Perselisihan Berkepanjangan

Ben & Jerry's memperoleh keleluasaan signifikan dalam mergernya dengan Unilever pada 2000, termasuk keberadaan dewan independen, keleluasaan yang jarang dimiliki perusahaan yang dijual ke korporasi besar. Kesepakatan itu juga mempertahankan yayasan yang dibentuk pada 1985 dan selama ini menggunakan kontribusi dari Ben & Jerry's untuk mendanai organisasi nirlaba lain yang bergerak di bidang kesetaraan ras hingga perlindungan lingkungan.

Namun hubungan kedua pihak merenggang pada 2021 ketika Ben & Jerry's menyatakan akan menghentikan penjualan produknya di wilayah Palestina Tepi Barat yang diduduki Israel, langkah yang berdampak finansial bagi Unilever ketika sebagian investor pendukung Israel menarik investasinya dari perusahaan tersebut.

Dewan independen Ben & Jerry's dua kali menggugat Unilever, yang terbaru dengan tuduhan bahwa Unilever telah membungkam pernyataan yang ingin mereka keluarkan mengenai Gaza. Unilever menyatakan bahwa merek tersebut telah berkembang menjadi bentuk advokasi yang hanya berpihak pada satu sisi dalam isu-isu kontroversial.

Ben Cohen telah meluncurkan upaya untuk membeli kembali merek tersebut, tetapi Magnum menyatakan unit itu tidak untuk dijual. Cohen menuduh Magnum membatasi kemampuan Ben & Jerry's dalam menyuarakan advokasi progresif seperti isu Palestina dan kebijakan imigrasi AS, tuduhan yang dibantah Magnum.

Dalam draf prospektus untuk pencatatan publiknya, Magnum memperingatkan bahwa tindakan Ben & Jerry's dapat menimbulkan risiko kerusakan reputasi, boikot, atau tuntutan dari investor.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement