REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Airbus memangkas target pengiriman pesawat komersial pada 2025 menjadi sekitar 790 unit, atau 30 unit lebih rendah dari proyeksi sebelumnya. Namun, Airbus tetap mempertahankan target keuangan meski terjadi masalah kualitas pada panel badan pesawat keluarga A320 yang menjadi model terlaris perusahaan.
Reuters sebelumnya melaporkan adanya masalah kualitas industri pada Senin, setelah penarikan darurat ribuan pesawat A320 untuk pembaruan perangkat lunak pada akhir pekan.
Saham Airbus naik 2 persen pada perdagangan Rabu pagi, setelah sebelumnya turun hampir 7 persen dalam dua sesi terakhir.
Para analis menilai penurunan target tersebut memberikan kepastian setelah pekan yang bergejolak bagi produsen pesawat terbesar di dunia, hanya dua bulan setelah A320 melampaui Boeing 737 sebagai model pesawat dengan jumlah pengiriman terbanyak dalam sejarah.
“Sebanyak 30 pesawat yang dihapus dari panduan pengiriman tahun ini tidak semuanya diperkirakan membutuhkan penggantian komponen,” tulis analis Jefferies dalam catatan kepada investor. Mereka menyoroti ketiadaan informasi terkait potensi keterlambatan akibat mesin dalam pernyataan terbaru Airbus.
Persoalan suplai mesin memang menjadi sorotan ketika produsen pesawat meningkatkan produksi, sementara maskapai bersaing mendapatkan suku cadang untuk mempercepat waktu perbaikan mesin.
Insinyur Airbus menemukan cacat pada lebih banyak panel badan pesawat A320 saat mereka bersiap melakukan inspeksi terhadap ratusan pesawat, menurut presentasi kepada maskapai yang dilihat Reuters. Total 628 pesawat akan diperiksa, namun Airbus menyebut hanya sebagian yang memerlukan tindakan lanjut.
Komponen yang terdampak memiliki ketebalan yang tidak sesuai setelah melalui proses penarikan dan penyayatan yang dilakukan oleh Sofitec Aero yang berbasis di Sevilla. Perusahaan tersebut tidak menanggapi permintaan komentar.